Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Tempe Higienis dari Bogor, Menghormati Kedelai sebagai Makanan Super

  • Sabtu, 15 Oktober 2022
  • 1190 kali

PIKIRAN RAKYAT – Pengolahan tempe sering dicitrakan tidak higienis karena memakai cara-cara tradisional. Pengrajin menginjak-injak kedelai dengan kaki telanjang dalam proses pembuatan tempe.

Rumah Tempe Indonesia (RTI) di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, berupaya menjadi pelopor produsen tempe higienis di Indonesia. Tujuannya, meningkatkan harkat dan martabat tempe sebagai makanan bernutrisi tinggi dengan harga murah.

RTI yang berdiri 6 Juni 2012 mampu mengolah 5 kuintal kedelai setiap hari. Alat yang digunakan pun relatif modern dan ditunjang tempat produksi memadai dan higienis di lahan seluas 17 meter persegi.

Di RTI, kedelai sebagai bahan utama pembuatan tempe diperlakukan dengan sangat rapi dan teliti. Seluruh proses awal melewati pencucian dengan air yang selalu diganti.

Selain itu, setiap pengunjung diminta membuka alas kaki meski hanya untuk melihat proses produksi.

Ketua Dewan Pengurus RTI Sukhaeri mengungkapkan, kegiatan produksi tempe tidak pernah sepi. Beberapa perusahaan yang memiliki merek sendiri pun memproduksi tempe di RTI.

Untuk pasar lokal, RTI memberi merek Tempe Kita yang bisa didapatkan langsung di RTI maupun pasar ritel modern. RTI pun memproduksi tempe premium yang biasa dipesan beragam perusahaan, juga untuk kepentingan ekspor.

Tempe organik RTI dipasarkan khusus bagi restoran organik maupun vegetarian.

Sukhaeri menjelaskan, latar belakang berdirinya RTI adalah menjadi pusat inovasi produk tempe higienis yang memenuhi standar. RTI pun ingin pusat inovasi peralatan produksi tempe higienis.

"Karena alat-alat produksi kita buat sendiri, jadi belum pernah ada di toko mana pun, bengkel mana pun," kata Sukhaeri, Jumat 14 Oktober 2022.

Dengan peralatan higienis, kata Sukhaeri, RTI ingin mengankat harkat dan martabat tempe yang sudah dikenal sebagai makanan bernutrisi tinggi. Sebab, di luar negeri, tempe dikenal sebagai super food karena kandungan nutrisi yang tinggi.

"Kita ingin meningkatkan derajat tempe. Meski ini makanan murah, tapi ini makanan sehat," kata dia.

Meski bukan lembaga inovasi maupun pengkajian, RTI ingin memberi gambaran mengenai tempat produksi tempe yang ideal, layaknya industri. Tempat produksi bisa saja kecil, murah, mudah tapi tetap ramah ling kungan.

RTI dibangun atas keinginan yang kuat dari Pengurus Kopti (Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia) Kabupaten Bogor serta menjadi industri dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) pertama untuk tempe.

RTI juga telah menerapkan GMP dibantu BSN untuk memperoleh sertifikasi SNI 3144:2015 untuk tempe kedelai. Bahkan, SNI tempe telah diakui dunia, yang diadopsi menjadi standar regional oleh Codex sehingga selaras dengan standar internasional yang berlaku.

 

Ia mengungkapkan, menerapkan SNI dalam produksi tempe sebenarnya tidak terlalu susah. Namun, dibutuhkan komitmen, konsistensi serta disiplin. Maka, pelaku UMKM dapat memiliki sertifikat SNI untuk dapat bersaing.

"Sertifikat SNI akan membantu dalam penjualan, kepercayaan pembeli juga akan meningkat," kata Sukhaeri.

Dengan semua standar itu, tempe produksi RTI memiliki masa simpan yang cukup lama. Daya tahan tempe jika disimpan dalam suhu ruang mampu bertahan tiga hari. Jika dilakukan penyimpanan beku, daya tahan tempe itu bisa sampai setahun.

Kata tempe ditemukan pada manuskrip Serat Centhini jilid 3, yang menggambarkan perjalanan Mas Cebolang dari Candi Prambanan menuju Pajang dan mampir di Dudu Tembayat, Klaten.

Saat itu, Mas Cebolang dijamu makan siang oleh Pangeran Bayat. Salah satu lauknya brambang jae santen tempe.

Sukhaeri menceritakan, kata tempe berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu tumpi pada abad ke-6. Tumpi berarti makanan putih karena berjamur.

Tempe kemudian dikembangkan mulai abad ke-16 dan dikenal masyarakat sehingga muncullah tempe Yogyakarta, Banyumas, Malang, dan Pekalongan.

"Pengolahan tempe merupakan teknologi yang berasal dari rakyat secara turun temurun. Pengolahan bervariasi, tapi prinsipnya sama, yaitu menciptakan kondisi yang cocok untuk perkembangan kapang atau jamur tempe," katanya.***

 

Tautan artikel : Tempe Higienis dari Bogor, Menghormati Kedelai sebagai Makanan Super - Pikiran-Rakyat.com




­