Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Manfaat Ketidakpastian Pengukuran dalam Penilaian Kesesuaian

  • Senin, 18 Oktober 2021
  • 7031 kali

 

Proses penilaian kesesuaian adalah persyaratan khusus yang berkaitan dengan produk, proses, sistem, orang atau lembaga yang perlu dipenuhi. Penerapan ketidakpastian pengukuran pada penilaian kesesuaian diperlukan guna meminimalisir kesalahan, termasuk menghilangkan false acceptance dan false rejection

Metrolog Ahli Madya dan Kepala Lab SNSU Kelistrikan dan Waktu BSN, Agah Faisal, dalam Webinar Masyarakat Metrologi Indonesia Seri ke-4, Kamis (14/10/2021), menjelaskan ketidakpastian pengukuran sangat bermanfaat untuk penilaian kesesuaian produk, dan menjadi basis di dalam penilaian kesesuaian. Sebagaimana termaktub di dalam ISO 17025:2017 klausul 3.7 terkait decision rule yang meminta untuk menilai suatu kesesuaian atau ketidaksesuaian dari suatu alat yang dikalibrasi.  

Persyaratan yang digunakan dalam aktivitas penilaian kesesuaian bisa dalam bentuk norma atau standar seperti Japan International Standard, British International Standard, atau International Electrotechnical Committee (IEC), dan segala suatu yang terdapat pengaturan batas-batas tertentu diizinkannya suatu produk bisa digunakan dan dipasarkan secara luas. 

“Selain standar atau norma, sesungguhnya spesifikasi juga suatu bentuk persyaratan, jika ada produsen yang menghasilkan suatu produk, maka akan dicantumkan pernyataan mutu produk dalam suatu spesifikasi. Artinya produk tidak akan dijual diluar spesifikasi yang sudah disusun,” ungkap Agah.

Kemudian, inspeksi atau suatu pengujian yang perlu menampilkan hasil pengukuran yang disebut dengan nilai estimasi yang diikuti dengan rentang ketidakpastian, dimana rentang tersebut sebagai interval cakupan, yang memungkinkan ada nilai sebenarnya dari suatu hasil pengukuran, bukan nilai estimasi yang dilaporkan. Nilai sebenarnya tersebut yang tidak bisa diperoleh, sehingga yang dapat dinyatakan adalah interval cakupan tersebut. 

“Interval cakupan dikomparasi dengan tolerance interval, yang kemudian dapat diambil keputusan apakah suatu produk yang diukur layak atau tidak layak; sesuai atau tidak sesuai persyaratan; accept or reject,” tambah Agah.

Di dalam setiap pengukuran terdapat pendekatan atau perkiraan dari true value yaitu estimated value, yang merupakan suatu set dari nilai-nilai numerik yang tidak merata peluang kejadiannya. Agah berpesan, ketika melakukan kalibrasi jangan hanya fokus pada alat ukur, akan tetapi perhatikan proses untuk memperoleh hasil pengukuran, dan ketidakpastian pengukuran sebagai karakteristik hasil, bukan alat.

Sementara itu, proses penilaian kesesuaian memiliki tiga fase. Pertama, melakukan pengukuran terhadap karakteristik objek. Kedua, perbandingan hasil pengukuran terhadap persyaratan yang ditentukan, dan ketiga, keputusan apakah produk yang diukur diterima (accept), ditolak (reject), atau kembali diukur. 

“Hasil pengukuran harus mencakup nilai terukur dan ketidakpastian pengukurannya, karena yang diperlukan adalah nilai sebenarnya sehingga berada dalam interval toleransi,” tutur Agah.

Kaidah pengambilan keputusan adalah kaidah yang menggambarkan bagaimana ketidakpastian pengukuran diperhitungkan dalam menyatakan kesesuaian dengan suatu persyaratan (ISO 17025:2017 klausul 3.7). Adapun, kaidah-kaidah pengambilan keputusan produk yang diukur yang didaftarkan dalam ILAC G8:2019 secara sederhana adalah simple acceptance (shared risk) dan guard band. Simple acceptance (shared risk) adalah kesepakatan antara pemberi dan penerima hasil pengukuran mengenai suatu penilaian kesesuaian dimana terdapat risiko yang ditanggung bersama atas konsekuensi keputusan yang tidak benar, sebagai contoh pada peralatan energi meter di dalam IEC 62052-11:2020 yang di dalamnya terdapat persyaratan umum berdasarkan kaidah acceptance decision rule. Sedangkan guarded acceptance terdapat nilai ukur yang harus berada pada interval keberterimaan.

Webinar yang bertajuk Peran Ketidakpastian Pengukuran dalam Penilaian Kesesuaian Produk ini turut dihadiri dan dibuka oleh Presiden Masyarakat Metrologi Indonesia, Sukiswanto, yang berharap penyelenggaraan webinar oleh Masyarakat Metrologi Indonesia dapat memberikan manfaat dan berkontribusi terhadap kemaslahatan Bangsa Indonesia, khususnya di bidang Kemetrologian. Bahkan, semangat Metrologi dapat menjadi budaya di Indonesia. (PjA – Humas).