Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Peneliti BSN Ungkap Tips dan Tricks Kalibrasi Alat Ukur Tekanan

  • Sabtu, 21 Agustus 2021
  • 5229 kali

Sebagai bagian integral dari sistem penilaian akreditasi dan penilaian kesesuaian, pengukuran merupakan elemen penting dalam penjaminan mutu produk. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengukuran yang benar dan personil yang terlatih untuk mengoperasikannya, agar hasil pengukuran dapat dijamin validitasnya. Kompetensi personil, pelaku pengukuran merupakan hal krusial dalam pengelolaan sistem pengukuran, khususnya di laboratorium kalibrasi, laboratorium pengujian, dan penyelenggara uji profisiensi yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Guna meningkatkan kompetensi personil, Badan Standardisasi Nasional (BSN) melalui Kedeputian Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU), bekerja sama dengan Masyarakat Metrologi Indonesia (MMI) menyelengarakan webinar “Kalibrasi Alat Ukur Tekanan: tips & tricks”, Kamis (19/8/2021).

Dalam kesempatan ini, peneliti ahli muda BSN, R. Rudi Anggoro Samodro memaparkan gambaran ketertelusuran tekanan secara sederhana. “Misalnya, pressure gauge atau transmitter yang tertelusur ke pressure calibrator yang memiliki akurasi 0.05%, dan tertelusur lagi ke Dead Weight Tester dengan akurasi katakanlah 0.015%, dan akhirnya tertelusur ke pressure balance yang SNSU miliki, dengan tingkat akurasi 0.005%,” paparnya.

Secara umum, kalibrasi tekanan dapat diklaisfikasikan menjadi 3 tipe. Pertama adalah kalibrasi pressure gauge ke test gauge dan sejenisnya. Kedua, kalibrasi test gauge (dan sejenisnya) ke Dead Weight Tester (DWT). Ketiga, adalah kalibrasi DWT ke DWT.

Rudi menjelaskan, kalibrasi pressure gauge ke test gauge dan kalibrasi test gauge ke DWT memiliki beberapa metode kalibrasi yang bisa diacu, yakni dengan metode DKD-R 6-1 (2014), atau menggunakan metode EURAMET cg-17 v.4 (2019). Adapun bagi manufaktur yang memproduksi pressure gauge, dapat mengacu ke metrological requirement, BS-EN 837-1 (1998).

Dari ketiga metode tersebut, Rudi memberikan rekomendasi berdasarkan kebutuhannya. “Metode DKD, ketidakpastian dari standar memiliki rasio sepertiga lebih kecil atau sama dengan (≤ 1/3) dari ketidakpastian yang diharapkan. Adapun untuk EURAMET, ketidakpastian dari standar itu lebih bagus atau sama dengan dua kali (≥2) dari ketidakpastian yang diharapkan. Sedangkan dalam BS-EN 837-1, akurasi dari standar minimum 4 kali lebih bagus dari alat yang dikalibrasi.

Webinar ini diikuti oleh para peneliti, metrolog serta para stakeholder terkait. Adapun bagi masyarakat yang tidak mengikuti webinar secara langsung, dapat menyaksikan webinar tersebut melalui laman youtube Masyarakat Metrologi Indonesia. (ald-Humas)

 




­