Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Sosialisasikan Panduan Kalibrasi Model Matematis dalam Pengukuran Dimensi

  • Selasa, 03 Agustus 2021
  • 1408 kali

Model matematis merupakan model perhitungan yang kerap dijumpai dalam kegiatan kalibrasi, khususnya dalam pengukuran dimensi. Namun, dalam praktek di lapangan, disinyalir masih ada laboratorium kalibrasi yang memiliki perbedaan pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan besaran-besaran dalam model matematis, sehingga kesulitan ketika menerapkan model matematis tersebut dalam evaluasinya. Hal tersebut tentu menjadi perhatian dalam kegiatan asesmen. Maka, untuk menyamakan persepsi para asesor, Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyelenggarakan Sosialisasi Pedoman Kalibrasi Model Matematis dalam Pengukuran Dimensi secara daring kepada para asesor pada Selasa (3/8/2021).

BSN telah menerbitkan Pedoman Kalibrasi Model Matematis dalam Pengukuran Dimensi (SNSU PK.P-04:2020) sebagai upaya untuk mengharmoniskan pelaksanaan evaluasi ketidakpastian pengukuran, khususnya model matematis dasar untuk pengukuran dimensional dengan pengaruh suhu. “Suhu adalah salah satu besaran yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengukuran panjang,” ujar Direktur Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) Mekanika, Radiasi, dan Biologi BSN, Agustinus Praba Drijarkara dalam sambutannya.

Panduan ini mencakup definisi umum, model dasar pengukuran dimensional, serta penurunan rumus pengaruh suhu. Model dasar pengukuran dimensional pada umumnya ada tiga jenis, yaitu mengkalibrasi alat ukur terhadap suatu acuan berupa standar material (misalnya balok ukur/gauge block), kalibrasi komparatif, dan pengukuran langsung objek yang dimaksud dengan menggunakan alat ukur yang sudah terkalibrasi. Peneliti muda BSN, Nurul Alfiyati menyontohkan, saat mengkalibrasi alat ukur, metrolog harus mengetahui terlebih dahulu acuan yang digunakan, misalnya balok ukur. “Measurand / yang diukur pada kalibrasi ini adalah kesalahan penunjukan pada alat ukur,” tuturnya.

Dalam kesempatan ini, Nurul pun memaparkan bagaimana menurunkan rumus pengaruh suhu dalam kegiatan kalibrasi. Ia menegaskan, dalam Pedoman Kalibrasi ini, kondisi suhu acuan dalam kasus dimensi adalah 20 ⁰C. “Jika pengukuran dilakukan pada suhu selain suhu acuan, maka pengaruh pemuaian termal harus diperhitungkan, baik sebagai koreksi maupun sebagai sumber ketidakpastian pengukuran,” terangnya.

Pada dasarnya, setiap pengukuran atau kalibrasi pasti mempunyai model matematis yang unik, atau ada hal-hal tertentu yang spesifik. Diharapkan, pengguna Pedoman Kalibrasi Model Matematis dalam Pengukuran Dimensi dapat menentukan dan menyesuaikan model matematis yang sesuai, dan dapat mengevaluasi pengaruh suhu dalam mengukur ketidakpastian pengukuran. (ald-Humas)