Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Sudah Ber-SNI, Produsen Alat Kesehatan Buatan Indonesia Siap Rajai Pasar

  • Kamis, 26 November 2020
  • 7554 kali

Di masa pandemi COVID-19, setiap negara berlomba-lomba memenuhi kebutuhan alat kesehatan untuk negaranya sendiri. Hal ini memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya industri alat kesehatan dalam negeri dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan alat kesehatan.

 

Berdasarkan data kementerian kesehatan tahun 2017, terdapat 58 produk alkes yang mampu diproduksi di dalam negeri. “Kita harap, secara bertahap produk-produk alkes dalam negeri ini bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri,”ujar Deputi Akreditasi Badan Standardisasi Nasional (BSN), Donny Purnomo, saat membuka Webinar “Bangga dan Beli Alat Kesehatan Buatan Indonesia, Bangga Memakai SNI” yang disiarkan secara daring melalui aplikasi zoom dan youtube BSN pada Rabu (25/11/2020).

 

Donny berpendapat, agar produk alkes buatan Indonesia dapat bersaing dengan produk-produk impor, diperlukan kemauan dari para pelaku usaha untuk membuat inovasi, yang diharapkan dapat menjadi substitusi atas produk alkes impor. Donny pun menegaskan bahwa BSN terus mendorong pelaku usaha dengan menyiapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait alkes. “SNI dapat menjembatani inovasi yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan kebutuhan jaminan kualitas dari konsumen,” ujarnya.

 

Donny menjelaskan, untuk mendukung produk buatan Indonesia raih pasar internasional, BSN melalui Komite Akreditasi Nasional (KAN) telah menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga yang mewakili negara-negara di dunia supaya sertifikat hasil uji produk buatan Indonesia diterima secara global. Donny memaparkan, untuk mendukung produsen alkes lokal, saat ini sudah terdapat 15 lembaga penilaian kesesuaian yang telah terakreditasi KAN, yang berpotensi untuk memfasilitasi para pelaku usaha industri alkes untuk menguji dan menerbitkan sertifikat dengan simbol akreditasi KAN. “Karena (lembaga penilaian kesesuaian) terakreditasi KAN bisa membubuhkan simbol pengakuan internasional juga, maka keuntungan yang diperoleh bukan hanya meraih pasar dalam negeri, tapi juga bisa menjangkau pasar global,” tutur Donny.

 

Donny pun menuturkan, saat ini BSN tengah membina beberapa industri alkes, diantaranya CV. Tesena Inovindo (produsen inkubator bayi ber-SNI), CV. Use ME Karya Medika (produsen hand sanitizer), PT. Entri Jaya Makmur (produsen tempat tidur pasien ber-SNI), PT. Shima Prima Utama (produsen tempat tidur pasien ber-SNI), dan PT. Maesindo Indonesia (produsen masker medis dan APD penerap SNI).

 

Dalam kesempatan ini, General Manager PT Shima Prima Utama, Hendry Gunawan mengakui merasakan manfaat dari penerapan SNI, terutama dalam meningkatkan kualitas produknya. PT. Shima Prima Utama menjadi lebih aware untuk mempertimbangkan dan mengidentifikasi risiko yang ada di produk tempat tidur pasien. PT Shima Prima Utama, produsen alat-alat kesehatan dari Palembang, telah menerapkan SNI IEC 60601-1:2014 dan SNI IEC 606061-2-25:2014 untuk produk tempat tidur pasien.

 

Hendry berpendapat, dengan menerapkan SNI, konsumen jadi punya pilihan produk yang berkualitas. “Kami sendiri merasakan SNI dapat meningkatkan daya saing produk kami, khususnya di dalam negeri. Brand PT Shima juga kini lebih terkenal karena memiliki tempat tidur pasien yang sudah ber-SNI” ujarnya (ald-Humas)