Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Tidak Kenal Lelah Mencari Solusi Jitu

  • Senin, 29 Juni 2020
  • 1049 kali

 

Sumber Berita: Kompas, 29 Juni 2020, Halaman 1

 

Tidak Kenal Lelah Mencari Solusi Jitu

 

JAKARTA, KOMPAS — Kondisi darurat selama pandemi Covid-19 membangkitkan gairah dan rasa kemanusiaan para peneliti untuk bahu-membahu mencari jalan keluar dari pandemi ini dari berbagai sisi ilmiah. Saat sebagian warga masyarakat "dirumahkan" karena pemberlakuan pembatasan sosial, para peneliti terus berinovasi memunculkan berbagai alternatif. Mulai dari inovasi peralatan, obat, hingga panduan kesehatan yang berbasis keilmuan dan telah teruji keamanannya untuk dapat digunakan masyarakat dan tenaga medis. Di Bandung, Jawa Barat, misalnya, dosen di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Syarief Hidayat memilih tidak pulang selama lima pekan demi mengembangkan ventilator yang dapat membantu perna-pasan pasien yang belum menyentuh fase darurat

Dengan alat ini, pasien tetap bisa menjalani perawatan dengan risiko gagal napas yang minim sehingga mengurangi risiko kematian. Syarief mengatakan, pengembangan ventilator lokal ini menggunakan dana masyarakat dari Masjid Raya Salman ITB. Dengan menggunakan dana ini, ia tidak perlu melalui birokrasi dan administrasi yang rumit Ia menyatakan reputasinya dipertaruhkan dengan mengambil risiko "berutang" dari dana publik tersebut

"Namun, kalau tidak diambil, mau sampai kapan kami baru akan bergerak," katanya. Syarief sungguh sampai tidak pulang ke rumah untuk merakit inovasi alat yang dinamai Vent-I. Tujuannya tak pulang selama lebih dari sebulan itu agar tetap fokus dan tak ingin membawa risiko penularan Co-vid-19 kepada keluarganya. Usahanya tak sia-sia karena Vent-I lolos uji oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan mengantongi Standar Nasional Indonesia (SNI). Selama merancang dan mengetes bahan itu, ia berkonsultasi dengan praktisi medis dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Ini untuk menemukan ventilator yang ringkas dan tepat sasaran sesuai kebutuhan pengguna. Saat dihubungi Jumat (26/6/2020), Syarief mengatakan sedang memproduksi Vent-I dengan target sekitar 850 unit atau setara dengan dana masyarakat yang dititipkan.

Dari jumlah itu, 270 unit telah disalurkan ke rumah sakit di seluruh Indonesia. "Setelah target dana masyarakat ini selesai, baru kami akan masuk ke fase industri," kata Syarief. Kemandirian teknologi Di masa yang dapat dikatakan darurat pandemi ini, kiprah peneliti yang sarat inovasi sangat dibutuhkan.

Pandemi Covid-19 yang menyergap seluruh negara di dunia membuat akses untuk memenuhi peralatan medis—itu pun apabila tersedia dananya—sangat sulit karena seluruh negara pun membutuhkan tambahan alat medis. Kondisi pandemi ini membuktikan bahwa sebagai negara dengan penduduk yang besar, Indonesia harus bisa mandiri memenuhi kebutuhan teknologi, termasuk teknologi terkait layanan kesehatan. "Selama ini kita mungkin terlena dengan kemudahan mendapatkan produk secara impor," kata Danang Waluyo, peneliti dari Balai Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 

Pandemi ini juga membuktikan bahwa para peneliti dalam negeri mampu menghasilkan berbagai inovasi yang berkualitas. Para peneliti kini juga merasa lebih percaya diri untuk menghasilkan inovasi. Buktinya, dalam waktu yang cukup singkat yakni sekitar tiga bulan, banyak inovasi untuk penanganan Covid-19 yang dihasilkan. Inovasi itu mulai dari alat tes pemeriksaan, alat bantu pernapasan, laboratorium pengujian, dan berbagai terapi alternatif. Namun, ia mengatakan, dalam menjalankan proses penelitian di masa pandemi, kepercayaan diri serta optimisme untuk menghasilkan inovasi lebih tinggi dari biasanya. Dengan dukungan yang optimal, inovasi yang dikembangkan dapat cepat dihasilkan.

Seperti produk laboratorium bergerak dengan standar keamanan hayati atau Biosafety Level 2 bisa dihasilkan tim BPPT selama lebih kurang 1,5 bulan. Itu mulai'dari tahap perancangan sampai menjadi produk yang siap dimanfaatkan. "Banyak kendala yang dihadapi, seperti pengadaan bahan baku juga perancangan produk agar efisien tetapi tetap berkualitas. Meski demikian, dengan dukungan dan harapan masyarakat luas, kami berhasil menghasilkan produk ini dengan baik," ucap Danang, yang . juga menjadi salah satu anggota tim pengembangan inovasi laboratorium bergerak Biosafety Level 2 untuk pengujian spesimen Covid-19.

Produktivitas para peneliti untuk menghasilkan inovasi pun tercatat di Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. "Total hingga sekarang ada 119 penelitian yang dikerjakan oleh teman-teman di UGM." ujar Sekretaris Direktorat Penelitian UGM Mirwan Ushada. Dalam melakukan penelitian beragam bidang terkait dengan Covid-19, para dosen dan peneliti UGM pun bekerja sama dengan sejumlah pihak, seperti lembaga pemerintah, perusahaan swasta, dan perguruan tinggi lain. (RTG TAN/HRS/MZW)