Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Bidik Pasar Jepang dengan Standar, Raih Peluangnya

  • Sabtu, 06 Juni 2020
  • 5464 kali

 

PEKANBARU – Badan Standardisasi Nasional melalui Kantor Layanan Teknis (KLT) Riau menyelenggarakan webinar “Peluang and Tantangan Pasar Jepang di Masa Pandemi” (5/6), yang secara khusus mengangkat peluang dan tantangan untuk menyasar Jepang sebagai pasar bagi produk-produk Indonesia, melalui jalur-jalur kerjasama yang telah tersedia. Plt. Kepala BSN, Puji Winarni, menyampaikan bahwa melalui peran standar, produk-produk Indonesia mampu go global di berbagai sektor, seperti transportasi, energi, makanan, produk elektronik, dan berbagai sektor lain. “Contohnya, mi instan dan tempe yang banyak digemari di dunia internasional. Pabrik tempe terbesar pun berlokasi di Jepang,” ungkap Puji.

 

Indonesia dan Jepang telah lama menjalin hubungan kerjasama, baik dalam bentuk kerjasama bilateral, regional maupun multilateral. Hubungan kerjasama Indonesia dengan negara lain bertujuan mendapatkan manfaat seperti terbukanya akses bagi produk Indonesia di negara lain, memperkuat diplomasi ekonomi, menyelaraskan program nasional dalam bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian dengan program internasional, memfasilitasi perdagangan dengan mengurangi hambatan teknis perdagangan, meningkatan saling keberterimaan sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian, harmonisasi standar dengan negara mitra, transfer knowledge dan informasi maupun teknologi, serta capacity building.

 

Secara khusus, Indonesia menjalin kerjasama bilateral dengan Jepang melalui kerjasama antar organisasi BSN-JISC (Japan Industrial Standards Committee) yang telah ditanadatangani sejak April 2008 lalu. “BSN harus membawa bendera nasional kita agar standar dapat menjadi senjata dan tameng bagi Indonesia, sehingga kita dapat melaksanakan perdagangan dengan baik, fair, dan mendapatkan keuntungan,” tutur Puji. 

 

Webinar yang dimoderatori oleh Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Halal BSN, Wahyu Purbowasito, ini menghadirkan dua orang pembicara yakni Senior Ekonom di Japan External Trade Organization (JETRO), Dr. Insan Fatir, serta Ketua Umum Indonesia-Japan Business Network (IJB-Net), Dr. Suyoto Rais.  

 

JETRO merupakan salah satu organisasi dibawah Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang yang berfungsi meningkatkan perdagangan bilateral antara Jepang dengan negara lain, termasuk Indonesia. JETRO bertugas memfasilitasi investasi baru dari Jepang ke Indonesia, mendukung bisnis perusahaan Jepang yang sudah ada di Indonesia, melaksanakan temu bisnis antar perusahaan Jepang dan Indonesia, serta mendukung ekspor UKM antara Jepang-Indonesia dan sebaliknya. JETRO berkoordinasi dengan bermitra dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, BKPM, Kadin, Apindo, dan sebagainya.

 

Pada kesempatan ini, Insan Fatir menyampaikan program-program JETRO yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Salah satunya, JETRO mempromosikan ekspor produk desain Indonesia melalui penyelenggaraan kegiatan Good Design Indonesia (GDI) yang bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan. JETRO juga melaksanakan kegiatan-kegiatan penguatan ekspor dari Indonesia ke Jepang melalui seminar dan temu bisnis antara perusahaan Indonesia dengan Jepang. Tidak kalah penting, JETRO menyediakan platform website temu bisnis Trade Tie-Up Promotion Program (TTPP) atau yang biasa disebut kegiatan promosi kesepakatan perdagangan. TTPP adalah sebuah perangkat temu bisnis online internasional yang gratis dengan bantuan penerjemahan ke dalam Bahasa jepang. Website ini membantu menjangkau mitra bisnis potensial, tidak hanya di Jepang, namun juga di seluruh dunia. Selain itu, JETRO turut melakukan pengembangan SDM dan pameran manufaktur. Beberapa jenis bisnis yang dapat mendaftar ke situs TTPP di antaranya produk ekspor-impor, kerja sama bisnis, investasi, transfer teknologi, rental dan dukungan bisnis. TTPP meliputi bidang teknologi informasi, elektronik, mesin dan kimia, tekstil dan kulit, pertambangan, pertanian, kehutanan, dan lain sebagainya, kecuali bidang keuangan. Sejumlah 345 perusahaan Indonesia telah terdaftar di TTPP. Angka ini tergolong kecil dibandingkan dengan negara lain. “Kami harap BSN membantu UKM-UKM binaan agar mereka dapat masuk ke pasar Jepang.” Ungkap Insan.

 

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah mendapatkan pesanan dari Jepang. Diantaranya komitmen untuk menjaga kualitas produk, komitmen kesesuaian dengan kontrak, ketepatan waktu pengiriman, serta komunikasi yang intens, responsif, serta kooperatif.

 

Pemerintah Indonesia juga mendukung perdagangan dengan menyediakan Free Trade Area (FTA) Center di beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar, dengan fungsinya di bidang layanan pendidikan, konsultasi dan advokasi. Platform lainnya, Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Osaka menyediakan informasi peluang bisnis di Jepang kepada eksportir di Indonesia dan sebaliknya.

 

Indonesia-Japan Business Network (IJB-Net) adalah organisasi berbasis sukarela yang didirikan pada tahun 2018 dengan semangat melestarikan dan meningkatkan hubungan bisnis dengan Jepang. Ketua Umum IJB-Net, Dr. Suyoto Rais, menyampaikan bahwa Jepang merupakan pengimpor bahan makanan terbesar di dunia. Orang jepang yang bekerja di industri agro semakin sedikit jumlahnya sehingga mereka lebih banyak bergantung pada impor. Meski ini peluang yang bisa kita bidik, masih ada beberapa hal yang perlu kita benahi, seperti teknologi, efisiensi biaya, dan dukungan.

 

Dalam masa pandemi Covid-19, permintaan impor dari China ke Jepang juga semakin berkurang. Kesempatan ini juga dapat menjadi peluang bagi Indonesia. Secara spesifik, beberapa bidang pasar Jepang yang dapat disasar oleh Indonesia diantaranya pasar perikanan dan hasil laut, agro-industri, energi terbarukan, produk kayu dan olahannya, bunga krisan, produk pakaian dan aparel, kebutuhan rumah tangga, produk kreatif, serta bahan baku manufaktur.

 

Beberapa fakta menarik yang dapat dipahami untuk membidik pasar Jepang, salah satunya posisi Jepang sebagai negara dengan konsumsi ikan terbesar di dunia, namun sebagian besar ikannya adalah hasil impor. Sementara itu, jenis-jenis ikan favorit di Jepang banyak ditemui di Indonesia. Ironisnya, Indonesia sebagai produsen ikan Tuna terbesar di dunia belum mampu mendominasi pasokan ikan Tuna ke Jepang. Hal ini dikarenakan kekurangmampuan Indonesia dalam penanganan pasca-tangkap dan jalur distribusi ke konsumen Jepang. Selain Tuna, Jepang juga pengkonsumsi ikan Sidat terbesar di dunia. Kelangkaan Sidat dapat disubstitusi dengan ikan Picolar yang telurnya kebanyakan di temukan di Jawa Bagian Selatan dan Pulau Sumatra. Namun demikian, buyer di jepang belum memandang hasil budidaya dan pengolahan di Indonesia memenuhi standar permintaan yang ada. Produk Indonesia yang sudah cukup diterima di Jepang salah satunya adalah produk ayam halal dan bahan baku serta produk kon-nyaku, meski masih perlu perbaikan-perbaikan. Indonesia juga berpeluang mengekspor buah, jagung, bunga Krisan, sayur dan produk hasil perkebunan lain, pengolahan sayur untuk pembungkus makanan, kelapa untuk bahan makanan, bio-fuel dan biomassa, biomassa dari kayu dan olahan lain, alas kaki, home center, apparel, produk mutiara dan aksesoris kreatif, serta komponen manufaktur.

 

Webinar yang dihadiri oleh para pelaku usaha dan dinas Pemerintah Daerah dari berbagai wilayah di Indonesia ini diselenggarakan melalui aplikasi Zoom dan disiarkan secara langsung melalui Youtube Live BSN dan Facebook Live laman BSN. (put-Humas)