Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pempek Beringin dan Pempek Lenggok Raih SNI

  • Jumat, 29 November 2019
  • 5585 kali

Pempek memiliki nilai sejarah kuat bagi warga Palembang, sudah menjadi bagian budaya masyarakatnya. Berawal sejak zaman Kesultanan Palembangan Darussalam (1659 - 1823) makanan berbahan baku lokal ini disebut dengan kelesan menjadi makanan wajib harian. Terdapat lebih dari 4000 industri Pempek dari skala mikro, kecil sampai menengah. Tidak hanya dikonsumsi oleh warga Palembang, Pempek juga menjadi makanan favorit wisatawan baik lokal maupun asing, sehari bisa 8-10 ton dikirim ke luar Palembang.

 

Salah satu dari sekian banyak produsen Pempek Ikan ini, adalah CV Pesona Musi yang memproduksi dua merk Pempek Beringin dan Pempek Lenggok. Ciri khas perusahaan keluarga, usaha sekarang diteruskan oleh generasi ke-2. Sudah hampir setengah abad, usaha pempek ini dimulai dari 0. Orang tua saya dulu sekolah sambil bawa jualan Pempek, sampai diusir (dilarang) oleh sekolah. Pelan-pelan berkembang berjualan dengan gerobak cerita Dicky Poerwadi penerus usaha Pempek CV Pesona Musi di salah satu video profilnya.

Terus berproses sampai saat ini sudah bisa memproduksi sekitar 4000 buah pempek sehari atau 0,2 ton per hari (6 ton per bulan, 72 ton per tahun). Sekarang dengan 8 outlet atau cabang di Palembang dengan sekitar 300 karyawan.

 

Untuk itu tidak berlebihan jika CV Pesona Musi disebut sebagai salah satu "lokomotif" dalam ekosistem industri kuliner tradisional Palembang. Palembang kota berjuluk the Venice from the East terpilih sebagai Kota Kota Kreatif 2019 dengan Subsektor unggulan kuliner. Dicky Poerwadi pun duduk sebagai Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kota Palembang. (baca: Selamat! Palembang Raih Kota Kreatif 2019)

 

Palembang menyandang gelar “Ekosistem ekonomi kreatif terbaik untuk Kota diluar Pulau Jawa”. Jadi diharapkan industri kuliner Palembang dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dan berdaya saing, baik lokal maupun global. (baca: 5 Alasan Pempek Layak Mendunia)

 

Kini salah satu "lokomotif" itu sudah berSNI (seri SNI 7661:2013) dengan biaya mandiri. Akan terus didorong untuk bisa ekspor (baca: Mulai 2020 Palembang Ekspor Pempek ke Malaysia). Dan tidak bosan-bosannya disampaikan, Pempek dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi stunting yang masih membayangi masa depan generasi muda bangsa ini. Angka pravelensinya masih tinggi 30,8%, artinya 3 diantara 10 balita Indonesia menderita stunting.

 
Upaya tersebut akan menjadi ringan karena di Palembang sudah terbentuk ASPPEK (Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang) yang meski terbentuk tahun 2018 sudah beranggoatakn sekitar 140 pengusaha Pempek. ASPPEK dapat menjadi wadah untuk mempromosikan Pempek menjadi pangan nasional meski tradisional tapi sehat, bergizi dan berbahan lokal.

 

Semoga dengan sudah berSNI-nya salah satu "lokomotif" ini mampu mendorong atau memotivasi lokomotif dan gerbong industri kuliner Palembang naik kelas sehingga kuliner tradisional ini, yang berbahan hampir 100% lokal ini (ikan lokal, tepung tapioka/singkong buatan Lampung atau Bogor, cuko berbahan cabai dan asam Jawa) bisa bersaing dengan gempuran franchise produk pangan luar. (kltplm)