Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Sharing Tata Kelola E-mobilitas dari Transisi Energi Jerman

  • Selasa, 05 November 2019
  • 2540 kali

E-Bike Ride 2019, Semarang, Jawa Tengah

Dari kampanye sepeda listrik ke produk yang berkualitas

Mengapresiasi kegiatan E-Bike Ride 2019: Konvoi Kampanye Sepeda listrik ber-SNI yang telah dilaksanakan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Semarang, Jawa Tengah pada 6 Oktober 2019 lalu. Kegiatan ini sangat positif sebagai bentuk respon BSN terhadap program pemerintah dalam mewujudkan Langit Biru dan mendorong penggunaan bahan bakar untuk kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Perkembangan kendaraan listrik, termasuk sepeda listrik, di negara-negara maju seperti Amerika, Jerman, atau di negara-negara Asia seperti Korea, setidaknya bisa memacu negara seperti Indonesia untuk segera menyiapkan diri segala infrastruktur yang diperlukan, regulasi, dan tentunya standardisasi produk.


Sebagaimana kita ketahui, kendaraan listrik yang notabene menggunakan tenaga listrik rawan akan bahaya kecelakaan. Begitu pula sepeda listrik. Sepeda yang tidak terjamin kualitasnya, membawa resiko kecelakaan, terlepas dari perilaku pengendara sepeda itu sendiri. Sepeda listrik menjadi semakin bertambah beresiko sehingga diperlukan perlindungan jaminan kualitas dan lulus uji sesuai persyaratan di dalam standar. Kegiatan BSN dalam E-Bike Ride 2019, adalah bagian dari kegiatan kampanye yang diharapkan bisa meningkatkan kesadaran bagi pelaku usaha dan konsumen akan pentingnya produk sepeda listrik yang aman dan berkualitas.

 

Institute for Advanced Sustainability Studies (IASS) di Potsdam, Jerman 

Belajar dari Jerman tentang digitalisasi untuk transisi energi

Apa yang dikampanyekan oleh BSN sesungguhnya berkorelasi dengan apa yang terjadi di luar negeri ketika negara-negara seperti Jerman pun sedang berupaya terus mendorong penggunaan produk ramah lingkungan seperti kendaraan listrik. Baru-baru ini saja, lebih dari 40 peneliti, insinyur dan praktisi dari Eropa, Amerika Serikat, Asia dan Afrika menghadiri summer school bertema “Digitalisasi untuk Transisi Energi” di Institute for Advanced Sustainability Studies (IASS) di Potsdam Jerman.


Summer school ini adalah salah satu dari empat inisiatif Jerman di bawah payung "Proyek Kopernikus untuk ”ransisi Energi" yang membawa komunitas sains, sektor bisnis dan masyarakat sipil untuk mengembangkan solusi tekno-ekonomi dan kebijakan inovatif dalam mentransformasikan sistem energi.


Pertemuan tersebut mencatat beberapa hal penting diantaranya bagaimana kita bisa memikirkan kembali mobilitas (gerak perpindahan manusia) sebagai bagian dari transisi energi. Oleh karenanya, jika dikaitkan dengan kendaraan listrik, kendaraan jenis ini akan efektif untuk pengurangan gas rumah kaca jika kendaraan listrik menggunakan campuran energi yang memiliki persentase energi terbarukan yang tinggi. Saat ini, dampak e-mobilitas pada pengoperasian system energi masih belum dipahami, terutama yang berkaitan dengan perilaku pengisian bahan bakar dan pola mengemudi /berkendara. Hal ini harus menjadi pemikiran dan bagaimana bisa melahirkan ide untuk mengatasi persoalan tersebut. Selain itu, pengelolaan dan pemeliharaan big data akan menjadi sangat di sektor energi. Mengingat, big data diperlukan untuk menerapkan smart grid. Dan, yang sangat penting adalah keamanan siber menjadi masalah kritis dan membutuhkan perencanaan proaktif.


Menempatkan satu juta listrik kendaraan di jalan pada tahun 2020 merupakan tujuan Pemerintah Federal Jerman untuk menjadi pasar utama dan penyedia e-mobilitas. Namun, terdapat beberapa tantangan standardisasi e-mobilitas yang membutuhkan rencana rinci untuk mengatasinya, seperti energy storage unit, standardized components and interfaces, material requirements, charging station standardization, vehicle hardware and software architecture integra¬tion, standardized safety requirements dan business model.

 

Peran BSN dan tata kelola publik dalam mendukung e-mobilitas

Dalam konteks di Indonesia, infrastruktur lunak seperti standardisasi dan regulasi adalah elemen penting untuk memastikan transisi energi ke arah penggunaan energi yang ramah lingkungan dan terbarukan, berjalan lancar. Mengingat, saat ini, PLN telah membangun 1.900 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) untuk sepeda listrik dan motor listrik di wilayah Jakarta, maka BSN memegang peranan penting untuk menetapkan SNI SPLU. Selain itu, BSN juga memiliki posisi strategis dalam mengembangkan SNI untuk e-mobilitas, seperti standardisasi untuk big data dan keamanan siber dengan memperhatikan perlindungan data dan privasi perorangan. Persyaratan SNI akan mengendalikan dan menjamin mutu produk-produk mobilitas listrik berbasis baterai.

 

Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang program kendaraan listrik berbasis baterai memberikan insentif untuk industri manufaktur kendaraan listrik berbasis baterai dalam berperan serta dalam membentuk market e-mobilitas nasional. Namun ke depannya, insentif bagi pelaku usaha yang menggunakan kendaraan listrik dalam kegiatan bisnisnya bisa membantu hilirisasi penggunaan e-mobilitas lebih jauh.

 

Pengembangan kendaraan listrik, penerapan SNI, kelengkapan infrastruktur, dan insentif bagi pelaku usaha maupun konsumen diharapkan akan mempercepat realisasi penggunaan kendaraan listrik di tengah kekhawatiran tentang buruknya polusi udara yang diduga juga dihasilkan oleh kendaraan berbasis bahan bakar fosil. Dengan adanya Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), diharapkan koordinasi pengembangan riset e-mobilitas menjadi lebih terpadu. Maka, sebagaimana halnya di Jerman, komitmen seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci suksesnya program pemerintah dalam mewujudkan pengunaan kendaraan listrik dan terciptanya langit biru.

(Dhandy, Karyasiswa S3 di Jerman/Iqbal, Senior Corporate Officer di Indonesia/Salem, Auditor di Amerika Serikat/Susanne, Dosen dan Peneliti di Jerman)