Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Menciptakan Industri yang Beretika Lingkungan di Sumsel

  • Kamis, 26 September 2019
  • 1938 kali

Ada tiga tujuan utama dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang disepakati oleh negara anggota UN (PBB), yakni pertumbuhan ekonomi (economic Growth), perlindungan lingkungan (Environmental Protection) dan keadilan sosial (Social Security). Hal ini yang menjadi acuan ISO dalam mengembangkan standar (https://www.iso.org/sdgs.html).

 

Bagaimana agar industri tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi, tapi juga beretika secara lingkungan dan sosial dapat diperankan oleh standar. seperti SNI ISO 14001:2015 yang merupakan hasil konsensus nasional dan internasional bisa dijadikan acuan best practices menciptakan industri yang beretika lingkungan.

 

BSN melalui Kantor Layanan Teknis Palembang bekerja sama dengan Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang menyelenggarakan pelatihan dua hari (24-25/09) membahas SNI ISO 14001:2015 (Sistem Manajemen Lingkungan atau SML) dan SNI ISO/IEC 17021-2:2016 (seri SNI ISO/IEC 17021 tentang Kompetensi Audit dan Sertifikasi SML) dengan narasumber Suminto, ahli peneliti madya BSN, juga trainer SNI ISO 14001, SNI ISO/IEC 17021, yang juga Peer Evaluator APAC (Kerjasama Badan Akreditasi tingkat Asia Pasifik).

 

Alasan Baristand Palembang mengundang BSN untuk pelatihan ini adalah karena ingin menjadi Lembaga Sertifikasi SML terakreditasi KAN guna menjawab kebutuhan industri di Sumsel, ujar Syamdian Kepala Baristand saat membuka pelatihan. Banyak industri di Sumsel yang juga eksportir yang menyampaikan ke Baristand bahwa pembeli, terutama luar negeri yang mensyaratkan sertifikasi (SNI) ISO 14001, selama ini mereka sertifikasi ke LS di Jawa. Hal ini tentunya menjadi biaya bagi industri. Target kami bisa diases oleh KAN tahun ini, tutup Syamdian. Saat ini Baristand Palembang sudah terakreditasi KAN untuk Laboratorium Pengujian, Laboratorium Kalibrasi, Lembaga Sertifikasi Produk, Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu.

 

Suminto, yang pernah mengenyam pendidikan post-graduate environmental science and technology di Institute for Hydroulic and Environmental Engineering Delft, Belanda tahun 1992 mendukung langkah kerja sama ini agar upaya menciptakan industri yang menerapkan standar bidang lingkungan di Sumsel semakin mudah dan murah sehingga bisa tumbuh secara cepat.

 

Jika mencermati standar bidang lingkungan, baik produk maupun sistem, salah satu pesan yang kita dapat adalah setiap berkegiatan baik ekonomi maupun sosial sedapat mungkin tidak mencemari bumi. Bumi yang Tuhan sampai mewahyukan kepada kita manusia menjadi pemakmurnya bukan perusaknya.

 

Misal SNI 8153:2015, tentang sistem plumbing atau perpipaan bangunan gedung, sekilas mungkin terpikir mengapa hanya untuk urusan membuang limbah domestik hajat manusia saja begitu repotnya begitu detailnya. Karena kecintaan terhadap bumi, jangan sampai kotoran (domestik) kita langsung menyentuh bumi, mencemari bumi, ditangani dulu sampai batas (baku) aman (dengan hasil pengujian laboratorium) baru kemudian dilepas ke bumi.

 

Bisa jadi, ritual sedekah bumi di Jawa, pertanian di Ciptagelar, Siberut Mentawai, Suku Anak Dalam Jambi, Kasodo di Suku Tengger, Paca Goya di Tidore, Yadnya di Bali, Menugal di Suku Dayak, merupakan praktik untuk membawa pesan ekologis secara turun menurun bahwa nenek moyang bangsa ini begitu mencintai bumi sebagai salah satu puncak dari ilmu dan kebudayaan (kearifan). (kltplm)