Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik Dukung Pertanian Berkelanjutan

  • Rabu, 15 Mei 2019
  • 5762 kali

Keanekaragaman hayati merupakan sumberdaya bagi keberlanjutan pembangunan nasional. Dengan berkembangnya ilm pengetahuan dan teknologi, maka pemanfaatan kenekaragaman hayati melalui bioteknologi moderen dengan hasil berupa produk rekayasa genetik (PRG) memberi peluang untuk menunjang produksi pertanian, ketahanan pangan dan peningkatan kualitas hidup manusia. Selain manfaat dan keuntungan yang dapat diharapkan dari produk rekayasa genetik, timbul kekhawatiran akan adanya risiko terhadap keamanan hayati, kesehatan manusia dan sosial budaya dari penggunaan produk rekayasa genetik.

 

Dalam acara Sosialisasi "Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik Menunjang Keberhasilan Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Pangan dan Kesehatan" di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (15/5/2019), Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) selaku ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG), Bambang Prasetya menjelaskan bahwa KKH PRG selalu mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam merekomendasikan beredarnya produk rekayasa genetik di Indonesia. “Keamanan Hayati adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya risiko yang merugikan keanekaragaman hayati atau kesehatan manusia sebagai akibat pemanfaatan Produk Rekayasa Genetik. Tentu, kami menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan rekomendasi keamanan hayati kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian/lembaga terkait,” ujar Bambang.

 

Bambang pun  menegaskan, dalam menerapkan prinsip tersebut, KKH PRG melakukan pendekatan dari sisi keilmuan dan data penunjang. “Termasuk dengan menerapkan Sistem Manajemen Risiko sesuai dengan SNI ISO 31000,” jelasnya. Bila memang saat ini masih ada pro dan kontra terhadap produk rekayasa genetik, sebaiknya isu tersebut diukur dengan scientific based, apa saja kelebihan dan kekurangan produk rekayasa genetik. “Bukan hanya dari sisi kualitatif namun juga dari sisi kuantitatif,” tegas Bambang.

 

Pakar Produk Rekayasa Genetik dari Institut Pertanian Bogor, Antonius Suwanto memaparkan, pada dasarnya, semua produk pertanian adalah hasil modifikasi genetik. “Bahkan, reproduksi seksual secara alami akan menurunkan modifikasi genetik,” terangnya. Rekayasa genetik, lanjutnya, berguna untuk meningkatkan nilai-nilai pada suatu produk. Termasuk untuk menghilangkan gen yang berbahaya bagi manusia. Ia pun menyontohkan produk-produk yang bertambah nilainya setelah mengalami rekayasa genetik.

 

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan, Winarno Tohir pun turut mendukung pengembangan produk rekayasa genetik di Indonesia. “Saat ini, pertanian di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, salah satunya ketimpangan jumlah lahan dengan kebutuhan hasil pertanian. Diperlukan teknologi yang dapat merakit benih sesuai dengan kondisi tanah yang ada sehingga bisa menghasilkan produksi optimal. Bioteknologi merupakan salah satu langkah strategis yang dapat diambil untuk mencapai pertanian berkelanjutan di Indonesia,” ungkapnya.

 

Menyikapi masih adanya pro dan kontra tentang produk rekayasa genetik, ia menilai masalah tersebut dapat diatasi dengan adanya pelabelan            pada produk-produk rekayasa genetik. “Bagi yang tidak setuju dengan rekayasa genetic, ya tidak usah memanfaatkan produk tersebut. Adapun bagi yang setuju, dapat memanfaatkan untuk semua komoditi,”ujarnya. (ald-Humas)