Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Geliat Pendidikan Vokasi di Ujung Timur Pulau Jawa dalam Standardisasi

  • Jumat, 29 Maret 2019
  • 2781 kali

Dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, disebutkan bahwa pendidikan vokasi bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu. Di Indonesia, pendidikan vokasi di perguruan tinggi lebih dikenal dengan program diploma, yang terdiri dari program diploma satu (D1) sampai dengan diploma empat (D4). Analisis yang dilakukan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa dalam penerapannya, perkembangan pendidikan vokasi masih terkendala oleh pola pikir masyarakat yang belum menempatkan pendidikan vokasi sebagai prioritas utama dalam melanjutkan pendidikan. Faktor lain yang menghambat adalah belum optimalnya keterlibatan dunia industri dalam pengembangan pendidikan vokasi dan keterbatasan jumlah pendidikan vokasi (politeknik) di Indonesia. Saat ini, jumlah politeknik di Indonesia baru mencapai 5,4% dari total perguruan tinggi di Indonesia. Padahal, apabila kita cermati, jika pendidikan di universitas melahirkan akademisi berijazah, maka pendidikan vokasi melahirkan tenaga terampil bersertifikat yang sekaligus juga memiliki ijazah.

Sebagai perguruan tinggi vokasi di ujung timur pulau jawa, Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) menyadari potensi besar yang dimiliki untuk menyokong industri dalam penyiapan sumber daya manusia yang kompeten, terampil, dan berkarakter. Salah satu kompetensi yang dikembangkan adalah terkait pengetahuan tentang standardisasi. Sejalan dengan hal tersebut, Poliwangi berinisiatif untuk menjamin mutu lulusannya dengan mengembangkan pendidikan standardisasi. Hal yang kemudian disambut oleh BSN untuk bekerjasama dengan Poliwangi dalam menyiapkan fundamental standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK) bagi para dosen di Poliwangi melalui kegiatan “Workshop Pendidikan Standardisasi dan Pengenalan Sistem Manajemen Mutu (SNI ISO 9001:2015)”. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2019 ini diikuti oleh 32 dosen dari 7 program studi (prodi) dan bertujuan untuk membekali para dosen akan pentingnya pemahaman tentang standardisasi dan penilaian kesesuaian bagi lulusan politeknik yang diharapkan siap kerja. Kegiatan ini memberikan pula wawasan bagi para dosen tentang sistem manajemen mutu berbasis SNI ISO 9001:2015.

Wakil Direktur Bidang Akademik Poliwangi, Dedi Hidayat Kusuma, ST., M.Cs dalam sambutannya menitipkan pesan pada seluruh dosen bahwa pengetahuan tentang standardisasi sangat penting dan harus diajarkan di seluruh prodi Poliwangi karena sangat dibutuhkan di dunia kerja. Workshop ini terbagi dalam 4 sesi pemaparan materi, yaitu (1) perkembangan pendidikan standardisasi; (2) pengantar standardisasi, penilaian kesesuaian, dan metrology; (3) pengenalan elearning standardisasi; dan (4) pengenalan sistem manajemen mutu (SMM) berdasarkan SNI ISO 9001:2015. Sesi pertama disampaikan oleh Kepala Pusat Riset dan Pengembangan SDM, Dr. Yopi. Dalam paparannya, Yopi menyampaikan bahwa BSN telah bekerja sama dengan 59 Perguruan Tinggi di Indonesia untuk mengembangkan Pendidikan Standardisasi, baik sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan, sisipan materi muatan standardisasi, serta pengembangan kurikulum mandiri. Yopi tak lupa juga mendorong para dosen untuk dapat mengajarkan pendidikan standardisasi di Poliwangi yang diintegrasikan sesuai dengan bidang keilmuan dosen. Pada sesi berikutnya, Kepala Bidang Pengembangan SDM, Kristiati Andriani, ST., MM dan Kepala Subbidang Program dan Evaluasi Pengembangan SDM, Heri Kurniawan  ST., M. Sc memberikan pemahaman dasar bagi para dosen terkait 3 infrasturktur mutu sesuai UU No. 20 tahun 2014, yaitu standardisasi, penilaian kesesuaian serta metrologi. Selanjutnya pada sesi ketiga, Heri mengenalkan kepada peserta sistem pembelajaran secara daring (elearning) yang dikembangkan BSN dan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa untuk mempelajari SPK sampai dengan mendapatkan sertifikat kelulusan secara gratis.

Di sesi terakhir, Dr. Yunita Sadeli sebagai pakar di bidang SPK mengenalkan peserta pada SMM berdasarkan SNI ISO 9001:2015. BSN perlu mengenalkan standar ini pada perguruan tinggi, karena berdasarkan rekapitulasi data dari salah satu website pencarian kerja (jobstreet.co.id), ISO 9001 merupakan pengetahuan terkait SPK yang paling banyak dipersyaratkan oleh dunia kerja. Tidak hanya mengajarkan standar ini kepada para mahasiswa, Yunita berharap dosen juga menerapkan SMM dalam setiap kegiatan pembelajarannya, sehingga setiap kegiatan dapat ditingkatkan menjadi lebih optimal dan terdokumentasi dengan baik. Dari peningkatan yang dilakukan melalui SMM, diharapkan dapat meningkatkan pula kualitas lulusan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena, SMM memberikan peluang peningkatan pada setiap aspek kegiatan sejak perencanaan perkuliahan hingga evaluasi terhadap hasil akhir perkuliahan. (erl&her)