Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Perlunya Kesepahaman Berbagai Elemen untuk Capai Harmonisasi

  • Selasa, 30 Oktober 2018
  • 2103 kali

Masih dalam rangkaian Bulan Mutu Nasional 2018, Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyelenggarakan Temu Mitra Kerjasama Standardisasi yang bertajuk “Harmonisasi Standardisasi Mendukung Revolusi Industri 4.0” di Grand City Convex Surabaya, Jawa Timur pada Jumat (26/10/2018). Dalam pembukaannya, Plt. Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN, Juliantino menyampaikan pentingnya kesepahaman dari berbagai elemen untuk mencapai harmonisasi. “Harmonisasi penting dilakukan karena merupakan salah satu syarat dalam implementasi Asean Economic Community,” ujarnya.

Temu Mitra Kerjasama Standardisasi menghadirkan 3 narasumber yang memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman di bidangnya, yakni Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Prof. Joni Hermana; Kepala Bidang Pengembangan Industri dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Tri Bagus Sasmito, serta Kepala Bidang Kerjasama Dalam Negeri BSN, R. Iskandar Novianto.

Pemaparan pertama disampaikan oleh Prof. Joni mengenai perkembangan industri mulai dari 1.0 hingga 4.0, mampu menangkap perhatian peserta, mulai dari era minyak, hingga era internet sekarang. Ia menyebutkan banyaknya tantangan yang harus dihadapi oleh masing-masing sektor perusahaan. “Kalau dulu (di sektor pendidikan) tinggal melakukan Tridharma Perguruan Tinggi, maka jaman sekarang kami dituntut untuk berinovasi yang berdampak terhadap masyarakat sekitar,” jelasnya. Menurutnya, saat ini terdapat perubahan tren yang signifikan karena industri 4.0 ini. Oleh karena itu, Prof. Joni menegaskan bahwa setiap elemen yang ada harus mulai berinovasi demi kolaborasi yang maksimal.

Senada dengan Prof Joni, Tri mengatakan banyak perubahan yang harus dilakukan. “Perkembangan industri tentu membuat kami (pemerintah) harus mengubah cara melayani masyarakat, tentunya mengikuti tren untuk mempermudah layanan,” tukasnya. Salah satu hal yang dilakukan Disperindag Jawa Timur adalah mengembangkan aplikasi untuk membantu pelayanan. Komitmen ini ditunjukkan melalui strategi implementasi industri 4.0 untuk Industri Kecil Menengah (IKM). Diantaranya, SIPAP yang merupakan salah satu sistem aplikasi yang dikembangkan untuk memonitor arus barang. Selain itu, Disperindag juga memberikan fasilitas mobil standardisasi dan kemasan yang akan membantu standardisasi IKM dan desain kemasan IKM.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Iskandar. Menurut Iskandar atau biasa disapa Bibob bahwa standardisasi (seperti ISO, IEC, ITU, CAC) adalah hal yang penting namun yang membuat minimnya IKM yang menetapkan standardisasi adalah hambatan mental. “Mungkin dari mereka banyak sekali yang berpikir kalau hal ini ribet, malas, gini saja sudah jalan, dan sebagainya. Alasan-alasan ini yang membuat IKM jarang mengurus standardisasi,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Bibob memberikan pemahaman kepada seluruh peserta bahwa standardisasi adalah pintu menuju go international, karena standardisasi adalah ‘bahasa’ pengakuan yang sama dan berlaku secara internasional.

Di akhir acara, seluruh pembicara mampu membuat seluruh peserta yang hadir tertarik, dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan kritis yang dilontarkan melalui sesi diskusi. Dalam diskusi tersebut, tidak sedikit peserta yang menyampaikan keluh kesahnya tentang ragamnya standar yang dimiliki oleh berbagai pelaku usaha di Indonesia.

Melalui Temu Mitra Kerjasama Standardisasi ini diharapkan dapat menciptakan harmonisasi di seluruh elemen yang pada akhirnya dapat menciptakan Indonesia yang lebih baik dan berbudaya standar. (sml/edited nda)