Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Ajak Mahasiswa UNSRI Kenali Kopi dan SNI

  • Senin, 01 Oktober 2018
  • 4513 kali

Provinsi Sumatera Selatan adalah produsen biji kopi (>90% Robusta) tertinggi di Indonesia rata-rata 135 ribu ton/tahun (21,20% dari nasional) luas kebun kopi 250 ribu hektar yang merupakan 100% kebun rakyat dengan jumlah petani 204.615 KK.

 

Enam wilayah produsen biji kopi terbesar di Sumsel, yaitu Kabupaten OKU Selatan (33 ribu ton), Kabupaten Empat Lawang (26 ribu ton), Kabupaten Muara Enim (25 ribu ton), Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam (20 ribu ton), dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (15 ribu ton).

 

Menurut Dr. Hector Manuel Diaz, Pakar Kopi Dunia, dalam Seminar Kopi di Jakarta, 30 Januari 2018 dengan makalah berjudul "Coffee Institution and Standards - Comparative Perspective" salah satu PR besar dalam Peningkatan Produksi Kopi Indonesia kesadaran akan kualitas kopi yang masih rendah, baik dari proses budidaya, pasca panen dan konsumsi masyarakat.

 

Salah satu penyebabnya, lanjut Dr. Diaz yang juga tenaga ahli di Komite Teknis ISO untuk standar internasional kopi, adalah masih minimnya pengetahuan para petani tentang Cara Pertanian, Panen dan Pascapanen kopi yang Baik.

 

Sumsel sebagai produsen kopi terbesar dan kebun kopi terluas seharusnya bisa melihat potensi ini. Untuk itu salah satu produk unggulan Sumsel yang menjadi prioritas dari program Kantor Layanan Teknis BSN di Palembang adalah Kopi, ujar Haryanto, personel KLT BSN Palembang (28/09).

 

Setelah berhasil meng-SNI-kan 2 kopi Sumsel, yaitu Kopi Tunggu Tubang Semendo dan Kopi Benua dan gencar melakukan promosi kedua Kopi tersebut, langkah lainnya adalah menggandeng akademisi untuk ikut memajukan kopi Sumsel.

 

BSN mengajak tiga mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UNSRI untuk Tugas Praktik Lapangan mengenal lebih jauh Kopi dan SNI terkait Kopi serta penerapannya di lapangan.

 

UNSRI merupakan salah satu perguruan tinggi yang sudah MoU dengan BSN dan juga mengajarkan standardisasi di mata kuliah serta didukung laboratorium MIPA terpadu yang sudah terakreditasi KAN.

 

Ketiga mahasiswa tersebut yaitu Rades Siji Gusti Asih dengan Tugas Praktik Lapangan berjudul "Tinjauan Proses Pengolahan Pascapanen Biji Kopi Robusta berdasarkan SNI di CV Bola Dunia", Ririn Puspitasari dengan judul "Tinjauan Proses Pengolahan Pascapanen Biji Kopi Arabica berdasarkan SNI di Tunggu Tubang Semendo", dan Jenny Verdi dengan judul "Tinjauan Proses Pengolahan Biji Kopi Luwak Liar berdasarkan SNI di Kelompok Wanita Tani Jamiatul Rahma, Desa Segamit".

 

Tugas PL tersebut dilakukan sebulan, yakni dari tanggal 2 Juli s.d. 2 Agustus 2018, diawali dengan pembekalan di KLT dengan narasumber dari petani kopi Desa Segamit, Bapak Tengku Afiffudin dan Bapak Akram dari Desa Rantau Dedap.

 

Dilanjutkan dengan kajian referensi SNI dan Regulasi terkait, diantaranya SNI 01-2907-2008 tentang Biji Kopi, Permentan No. 49 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Budidaya Kopi yang Baik (GAP), dan Buku Kurikulum Nasional dan Modul Pelatihan Budi Daya Berkelanjutan (GAP) dan Pasca Panen yang diterbitkan oleh Kementan, IDH dan Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI).

 

Setelah itu, praktik dua minggu di lapangan, dimulai dari mengunjungi UKM Penerap SNI, Tunggu Tubang Semendo, terus ke kebun kopi di Desa Segamit dan Rantau Dedap di Semendo.

 

Mengamati dan belajar proses sortasi biji kopi, proses pengujian kadar air dengan alat ukur atau uji kadar air di CV Bola Dunia di Lahat. Dilanjutkan mengamati dan diskusi dengan Pak Ujang Ketua Kelompok Tani Kopi Lahat tentang Pasca panen yang baik.

 

Setelah kembali ke Palembang, Rara, Ririn dan Verdi diajak ke UKM Kopi Benua untuk melihat proses pengolahan Kopi yang sudah ber-SNI, dari sortasi bahan baku, penjemuran, penyangraian (roasting), pengemasan dan penyimpanan.

 

Mahasiswa juga diajak melihat proses pengujian kopi bubuk sesuai SNI 01-3542-2004 (Kopi Bubuk) di laboratorium terakreditasi KAN di Balai Riset dan Standardisasi Palembang.

 

Minggu akhir PL, mahasiswa diminta membantu promosi untuk produk kopi ber-SNI dengan membuatkan akun Instagram dan akun di Bukalapak.com serta melatihnya kepada pegawai di UKM.

 

Tidak hanya itu, mahasiswa juga diajak berdiskusi tentang Kopi di salah satu kedai kopi di Palembang dengan barista Om Wiwin. Dapat dikatakan Praktik Lapang ini, mahasiswa diajak hampir mengenal Kopi dan SNI dari hulu sampai hilir meski hanya satu bulan.

 

Tentu PL ini masih kurang, jelas sangat kurang karena mahasiswa ini belajar kopi secara akademik hanya 3-4 pertemuan saja di kampus. Semoga saja ke depan, para akademisi perguruan tinggi mau mempelajari Kopi lebih dalam dan lebih membumi lagi.

 

Semoga nantinya Kopi Indonesia, terutama Kopi Sumsel makin berjaya dengan SNI didukung dengan SDM yang mumpuni di bidang Kopi dari hulu sampai hilir. Aamiin. (KLT Palembang)




­