Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pentingnya SNI perhitungan koefisien perolehan radiasi matahari untuk kinerja termal jendela dan pintu.

  • Minggu, 12 Agustus 2018
  • 3542 kali

Pengembangan SNI Kinerja Jendela/pintu ini memanfaatkan MoC (Memorandum of Cooperation) antara BSN dengan JISC-METI.

 

Kerjasama dalam pengembangan SNI thermal performance windows sudah dimulai antara BSN, Japan Construction and Housing Equipment Industry Foundation (JCHIF) dan Pusat Permukiman Kementerian PUPR (PUSKIM) sejak tahun 2015 , dengan menggunakan standar JIS sebagai acuan.

 

Dua standar SNI tersebut adalah:

 

  1. SNI Kinerja termal jendela dan pintu –pengukuran koefisien perolehan panas sinar matahari. Standar ini mengadopsi JIS A 1493 :2014 secara modifikasi menjadi SNI yang saat ini masih dalam proses jajak pendapat dan akan berakhir pada tanggal 20 Agustus 2018. Sedangkan,
  2. SNI Kinerja termal jendela dan pintu-Perhitungan koefisien perolehan radiasi matahari mengadopsi JIS A 2103: 2014 yang saat ini masih dalam proses rapat teknis oleh komite teknis.

 

Sebagai tindak lanjut dari kerjasama ini Kepala BSN yang sedang bertugas ke Kobe University berkesempatan untuk mengadakan kunjungan ke laboratorium BRI (Building Research Institute) di Tsukuba, Jepang untuk melihat lebih jauh peralatan uji yang sudah dikembangkan oleh BRI sejak 10 tahun yang lalu, untuk menguji kinerja termal dari jendela dan pintu sesuai dengan kedua standar JIS tersebut.

 

Melalui kerjasama ini, PUSKIM dengan bantuan expert dari JCHIF sedang mengembangkan laboratorium uji untuk menguji kaca jendela dan pintu berdasarkan kedua SNI yang dirumuskan oleh Technical Subcommittee 91-01-S4 - Material, science, building structure and construction dengan mengadopsi secara modifikasi  kedua standar JIS tersebut.

 

SNI untuk perhitungan koefisien radiasi matahari ini sangat mendesak untuk dibuat untuk mengetahui berapa besar penghematan energy yang bisa didapat.

 

Dengan adanya lab uji ini diharapkan perusahaan kaca/jendela/pintu di Indonesia dapat menguji di laboratorium PUSKIM dan tidak harus menguji ke laboratorium di luar negeri.

Disamping kunjungan ke Laboratorium BRI, Kepala BSN yang didampingi oleh Deputi PKS juga mengadakan kunjungan ke NITE (National Institute of Technology and Evaluation) Jepang untuk bertukar informasi terkait dengan system sertifikasi dan akreditasi kedua  belah pihak.

(Humas)




­