Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN: Perlu standardisasi peralatan yang dipasang di area berbahaya

  • Rabu, 08 Agustus 2018
  • 3825 kali

Badan Standardisasi Nasional (BSN) bekerjasama dengan International Electrotechnical Commission (IEC), IEC System for Certification to Standards relating to Equipment for use in Explosive Atmospheres (IECEx) serta United Nations Economic Commission for Europe (UNECE) menyelenggarakan the IECEx International Conference 2018: Equipment and Services in Explosive Atmospheres pada 8 – 9 Agustus 2018 di Jakarta. IECEx merupakan komite yang dibentuk tahun 1996, berada dibawah struktur IEC Conformity Assesment Board (CAB) dan berfungsi mengembangkan skema penilaian kesesuaian untuk perangkat serta sistem pada manufaktur. Indonesia yang diwakili Badan Standardisasi Nasional (BSN) aktif berperan dalam kegiatan IEC, namun untuk kegiatan yang berkaitan dengan IECEx, Indonesia masih menjadi Observer-member.

 

Konferensi dihadiri oleh 250 peserta baik dari dalam maupun luar negeri yang berasal dari 15 negara. Hadir sebagai pembicara dalam konferensi ini antara lain Thorsten Arnhold, The Chairman of IECEx; Chris Agius, the Executive Secretary of IECEx; Lorenza Jachia, Focal Point, Disaster Risk Reduction UNECE; dan Rosihan Anwar, perwakilan PT Pertamina. Konferensi membahas isu terkait dengan standar-standar peralatan yang digunakan/dioperasikan oleh karyawan pada area yang berbahaya atau pada lingkungan yang berpotensi terjadi ledakan sehingga membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi. Area yang dimaksud seperti di Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU), kilang minyak atau rig pengeboran minyak lepas pantai, industri pengolahan bahan kimia, pengisian bahan bakar pesawat udara dan hanggar, rumah sakit, dan sebagainya.

 

Sekretaris Utama BSN, Puji Winarni pada kesempatan itu mengatakan, Indonesia perlu memberikan perhatian khusus pada isu ini mengingat perkembangan industri otomasi semakin meningkat sehingga perlu dikembangkan standar-standar terkait. Otomasi industri ditandai dengan penggunaan mesin-mesin yang bekerja dengan atau tanpa bantuan manusia dalam proses produksi atau manufaktur. Penggunaan sistem kendali otomatis atau semi otomatis sangat memudahkan di dalam menerapkan otomasi industri. Teknologi komputer juga sudah digunakan untuk mendesain dan menjalankan mesin-mesin otomatis. Robot adalah salah satu wujud otomasi industri di masa kini.

“Sebagaimana penerapan industri otomasi di area berbahaya yang semakin meningkat, maka instalasi yang efisien dan aman juga diperlukan. Namun demikian, situasi ini tetap saja menciptakan resiko kebakaran atau ledakan yang membahayakan atau mengancam jiwa manusia,” ujar Puji. Masyarakat internasional, lanjutnya, sering menyebut daerah itu dengan sebutan “Hazardous Locations”, atau “Explosive Atmospheres” atau “Ex Areas”.

 

Oleh karenanya, Puji melanjutkan, adalah penting dan mendasar serta harus menjadi perhatian terutama pihak berkepentingan untuk menerapkan standardisasi dan penilaian kesesuaian terhadap peralatan tersebut. “Salah satu organisasi dunia yang menaruh perhatian pada persoalan ini adalah IEC. Sebagai wujud nyatanya, IEC telah membentuk Komite Teknis-31 yang mengembangkan standar-standar terkait dengan sistem dan peralatan yang dipasang di area berbahaya,” kata Puji.

 

Lebih lanjut disampaikan oleh IECEx Executive secretary, Mr. Chris Agius bahwa Indonesia memerlukan IECEx. Salah satunya karena UN telah mengakui sistem IECEx untuk harmonisasi regulasi di berbagai negara sehingga manufaktur dapa lebih leluasa dalam berinovasi dan menggunakan teknologi terkini untuk produk2 yg digunakan dalam area Ex.

Standar-standar tersebut mengatur tentang persyaratan umum untuk tingkat perlindungan pada petugas yang biasanya melakukan operasi di daerah berbahaya seperti di kilang minyak, rig pengeboran minyak lepas pantai, galangan kapal, pertambangan, farmasi, kosmetik, produksi makanan, kayu, kertas, tekstil, dan masih banyak lagi industri tertentu.   

 

Di Indonesia sendiri, beberapa standar IEC/TC 31 telah diadopsi oleh BSN menjadi SNI melalui Komite Teknis 29-06 Instalasi dan Keandalan Ketenagalistrikan di bawah Kementerian ESDM. “Kita berharap dengan adanya konferensi ini akan tersosialisasikan program-program The IECEx sehingga pemangku kepentingan bisa semakin “aware” dan standar-standar yang terkait dengan isu tersebut, ke depannya juga semakin berkembang,” kata Puji. (Materi-materi konferensi IECEx dapat diunduh di: https://www.iecex.com/meeting-and-events/2018-iecex-international-conference-jakarta-indonesia/conference-program/ )

 

Adapun standar IEC yang telah diadopsi ke dalam SNI adalah sebagai berikut :

SNI IEC 60079-0:2009: Electrical apparatus for explosive gas atmospheres and its parts.:

  • SNI IEC 60079-0:2009 Electrical apparatus for explosive gas atmospheres - Part 0: General requirements
  • SNI IEC 60079-1:2009 Electrical apparatus for the warheads atmosphere - Part 1: Fireproof enclosure "d"
  • SNI IEC 60079-2:2009 Atmospheric gas atmosphere - Part 2: Protective equipment with pressurized enclosure "p"
  • SNI IEC 60079-10-2:2010 Atmospheric Atmosphere - Section 10-2: Classification of areas - Atmospheric dust is flammable
  • SNI IEC 60079-14:2013 Explosive atmosphere - Part 14: Design, selection and installation of electrical installations
  • SNI IEC 60079-17:2014 Explosive Atmosphere - Part 17: Inspection and maintenance of electrical installations

 

Dalam kesempatan ini, BSN juga menyediakan klinik standardisasi untuk menyosialisasikan kelembagaan BSN dan berdiskusi terkait SNI kepada para peserta. "Salah satu tugas BSN adalah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Adapun pemesanan dokumen SNI dapat diakses melalui http://sni.bsn.go.id/," ujar Kepala Sub Bidang Layanan dan Diseminasi Standardisasi BSN, Purwanto kepada pengunjung.

Di akhir acara, Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN, I Nyoman Supriyatna menyatakan menekankan bahwa standar dan sistem penilaian kesesuaian yang dikembangkan oleh komite sangat berguna dan praktis. Ia pun berharap para pemangku kepentingan dapat lebih aktif berpartisipasi dalam pengembangan standar internasional. "kami berharap para pemangku kepentingan kami akan menggunakan sebaik-baiknya dan menerapkan Sistem IECEx untuk tujuan keselamatan dan alasan lainnya. Saya juga berharap bahwa apa yang telah kita pelajari dan diskusikan selama acara dua hari ini di sini akan meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan kami dalam berpartisipasi dalam pengembangan standar internasional dan prosedur penilaian kesesuaiannya, khususnya IECEx dan IEC / TC 31," ujar Nyoman. (ald-Humas)