Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Jadikan Standardisasi Gerakan Nasional

  • Rabu, 04 Juli 2018
  • 2202 kali

Kliping Berita

Indonesia Tuan Rumah Konferensi Internasional Pendidikan Standardisasi

Penulis

Sholihul Hadi

3 Juli 2018

42

Kepala BSN Bambang Prasetya menyampaikan keterangan pers di sela-sela penyelenggaraan Konferensi Internasional Pendidikan Standardisasi, Selasa (03/07/2018) di EascParc Hotel Yogyakarta. (yvesta putu sastrosoendjojo/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID – Sudah saatnya standardisasi menjadi gerakan nasional. Dengan kemauannya sendiri serta tidak dipaksa atau disuruh-suruh, seluruh lapisan masyarakat Indonesia secara sadar dan kompak menjadikan gerakan tersebut sebagai gaya hidup sehari-hari.

“Melalui pendidikan, kita perlu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya melek standardisasi. Misalnya, saat beli lampu maka secara otomatis kita mencari lampu yang SNI,” ungkap Bambang Purwanggono, Ketua Panitia Konferensi Internasional Pendidikan Standardisasi (ICES/SSC Join Konferensi ACISE), kepada wartawan, Selasa (03/07/2018), di EascParc Hotel Yogyakarta.

Kali ini Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Pendidikan Standardisasi (ICES/SSC Join Konferensi ACISE). Acara itu berlangsung tiga hari Kamis 5 Juli 2018.

Pada penyelenggaraan konferensi internasional tahun 2018 ini untuk kedua kalinya Indonesia sebagai host kegiatan The International Cooperation for Education about Standardization (ICES) Conference and World Standards Cooperation (WSC) Academic Day 2012.

Pertemuan ini dihadiri para pakar dan pegiat pendidikan standardisasi dari 12 negara baik dari benua Asia, Eropa dan Amerika dan diikuti 100 peserta.

Adapun tuan rumah ICES adalah Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Universitas Diponegoro (Undip).

Yang menarik pada penyelenggaraan tahun ini yaitu kegiatan The ICES Conference and WSC Academic Day 2018, dikombinasikan dengan kegiatan 5th Annual Conference on Industrial and System Engineering (ACISE) dengan tema Strengthening Industry and Engineering, Science and Management Education Through Standardization Learning.

Sependapat, Dr Ir Ngakan Timur Antara dari Kementerian Perindustrian RI menyatakan, negara akan maju terkait erat dengan industri. Sedangkan industri tidak bisa dipisahkan dari produk barang ekspor dan impor yang harus standar.

“Kita semua perlu menanamkan pentingnya pendidikan standardisasi produk sejak dini. Ke depan, jika ingin industri menjadi efisien dan meningkat maka pendidikan dan teknologi informasi penting ditingkatkan, perlu inovasi yang kontinu,” paparnya.

Artinya, lanjut dia, di negara ini harus diciptakan ekosistem inovasi. “Harus kita ciptakan ekosistem inovasi,” tandasnya.

Kepala BSN Bambang Bambang Prasetya menambahkan, semua pihak perlu menekankan pentingnya meningkatkan budaya standar di kalangan masyarakat.

“Penyelenggara ICES Conference and WSC Academic Day 2018 serta 5th Annual Conference on Industrial and System Engineering (ACISE) merupakan role model memasyarakatkan standardisasi di kalangan masyarakat,” ujar Bambang.

Hingga saat ini BSN sendiri sudah melakukan kerja sama dengan 51 perguruan tinggi, 19 di antaranya turut mengembangkan standardisasi serta mendorong laboratorium di perguruan tinggi untuk diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN).

“Ada 51 laboratorium di universitas yang telah diakreditasi oleh KAN, 6 di antaranya ada di DIY,” kata Bambang seraya berharap perguruan tinggi bisa terus berperan mengkampanyekan pentingnya standardisasi khususnya Standar Nasional Indonesia bagi masyarakat.

Lebih jauh Bambang Prasetya mengatakan pada konferensi kali ini dibahas pula upaya-upaya mempersiapkan SDM siap bersaing di pasar industri melalui pembelajaran jarak jauh dengan platform Massive Open Online Course(MOOC) menjadi pembahasan dalam konferensi internasional ICES dan WSC Tahun 2018.

Berdasarkan laporan World Economic Forum(WEF), Global Competitiveness Index (GCI) 2017-2018, peringkat daya saing Indonesia naik dari peringkat 37 menjadi 36 dari 137 negara, namun masih tertinggal dengan Singapura pada peringkat tiga dan Malaysia peringkat 26.

Indeks tingkat efisiensi pasar tenaga kerja ada di peringkat 96, jauh di bawah Brunei pada peringkat 47, Malaysia peringkat 36 dan Singapura peringkat dua. Peringkat Indonesia dalam higher educatioan and training adalah 64, bandingkan dengan Singapura pada peringkat satu dan Malaysia peringkat 45.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2018, tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun menjadi 5,13 persen dibanding Februari 2017 sebesar 5,33 persen.

Ini menunjukkan kondisi Indonesia semakin membaik, generasi muda semakin banyak yang mengembangkan bisnis dan usahanya. Usaha start up yang menjadi trend masa kini semakin terus digeluti oleh kalangan generasi muda, dari bidang teknologi, jasa, makanan, dan lain sebagainya.

Melalui teknologi informasi, masyarakat Indonesia diharapkan dapat menikmati pemerataan dan demokratisasi pendidikan serta perluasan akses terhadap pendidikan berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat. (sol)


Link: https://www.koranbernas.id/standardisasi-jadikan-gerakan-nasional/