Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Peningkatan Kompetensi SDM Standardisasi di Universitas Udayana Menuju Hilirisasi Riset melalui Pengembangan SNI

  • Selasa, 08 Mei 2018
  • 3142 kali

Tantangan besar untuk setiap Perguruan Tinggi di era milenial saat ini adalah konsistensi para civitas akademika (dosen dan mahasiswa) untuk berperan dalam pengembangan infrastruktur mutu nasional. Tuntutan ini semakin nyata ketika melihat arus perdagangan global serta kemampuan industri dalam negeri yang mau tidak mau harus siap menghadapi kompetisi yang semakin ketat demi memenangkan persaingan. Lebih lagi ketika berbicara ekspor, industri lokal harus sadar bahwa persaingan di level regional maupun internasional akan lebih tinggi dengan beragam persyaratan yang harus dipenuhi. Salah satu persyaratan dalam perdagangan dan yang paling krusial adalah pemenuhan terhadap standar. Hal inilah yang kemudian memerlukan peran strategis perguruan tinggi terkait bagaimana melakukan penguatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) standardisasi di kalangan civitas akademika, antara lain untuk berpartisipasi dalam pengembangan Standar Nasional Indonesi (SNI) melalui hilirisasi riset, menghasilkan lulusan yang mampu berperan dalam bidang standardisasi, baik sebagai regulator, akademia, entrepreneur, dan sebagainya. Dengan luasnya jaringan Perguruan Tinggi di Indonesia serta ketersediaan tenaga ahli yang melimpah, tentu hal itu menjadi modal berharga bagi Perguruan Tinggi untuk meningkatkan perannya dalam kegiatan penerapan standar dan penilaian kesesuaian. Untuk memperkuat hal tersebut, maka diklat standardisasi bagi para civitas akademika menjadi penting untuk menghasilkan para konseptor SNI, Pembina Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), auditor, maupun asesor lembaga penilaian kesesuaian yang kompeten.

 

Pemikiran di atas yang kemudian melandasi Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Universitas Udayana (UNUD) untuk bermitra dalam kegiatan yang dikemas dalam bentuk “Kuliah Umum Pendidikan Standardisasi dan Workshop Proses Penyusunan SNI Produk Pangan”. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2018 di Ruang Bangsa, Gedung Rektorat UNUD dan dihadiri oleh 40 dosen dan mahasiswa dari Fakultas MIPA, Pertanian, Peternakan dan Teknologi Pertanian. Kegiatan ini dibuka oleh sambutan dari Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng. Dalam sambutannya, Nyoman mengingatkan bahwa standardisasi merupakan suatu keharusan, sehingga kerjasama dengan BSN perlu untuk terus dikembangkan, terutama yang terkait dengan pengembangan kompetensi laboratorium pengujian maupun kalibrasi UNUD, sehingga mampu mendukung peningkatan mutu produk-produk khas Bali. Nyoman juga menginformasikan bahwa saat ini telah ada 1 laboratorium UNUD yang telah terakreditasi, yaitu Laboratorium Analitik. Nyoman berharap, melalui kerjasama ini, ke depannya akan semakin banyak laboratorium lain yang terakreditasi. Selanjutnya adalah sambutan dari Kepala BSN, Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya, M.Sc. Menyambung Nyoman, Bambang menyampaikan bahwa mahasiswa yang memiliki pemahaman standar yang baik akan memiliki potensi lebih untuk mampu berkiprah di dunia industri. Oleh karena itu, Bambang mengingatkan kepada seluruh civitas akademika UNUD agar meng-getok tular-kan standardisasi kepada orang-orang di lingkungan terdekatnya, baik keluarga maupun teman-temannya.

Sesi berikutnya adalah paparan materi dari 3 pembicara dari Badan Standardisasi Nasional. Bambang memulai sesi ini dengan paparan mengenai “Peran Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian untuk Meningkatkan Daya Saing Nasional dan Mempercepat Kemajuan Bangsa”. Pada kesempatan ini, Bambang menekankan bahwa penelitian yang dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa terkait dengan standardisasi agar lebih didorong untuk meningkatkan daya saing produk khas Bali, bahkan lebih lagi diharapkan dari penelitian tersebut juga dapat melandasi dirumuskannya SNI terkait produk tersebut, sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi konsumen maupun produsennya. “Semua kekayaan Bali harus kita jaga bersama, salah satunya melalui SNI”, tegas Bambang. Bambang menambahkan, laboratorium di UNUD harus mampu mendukung ekspor melalui kegiatan pengujian maupun kalibrasi yang hasilnya diakui secara internasional.

Paparan berikutnya adalah terkait “Pemanfaatan E-learning Standardisasi” yang disampaikan oleh Kepala Subbidang Sistem dan Evaluasi Diklat Standardisasi, Kristiati Andriani, ST., MM. Kristiati menjelaskan bahwa e-learning merupakan media pembelajaran yang efektif guna mendukung penyebar luasan pengetahuan terkait standardisasi mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas. Kristiati berharap para civitas akademika dapat memaksimalkan e-learning ini untuk memperkaya pengetahuan standardisasinya. Kelebihan dari e-learning ini adalah pengguna juga bisa mendapatkan sertifikat secara otomatis sebagai bukti pemahamannya terhadap materi standardisasi yang sudah diikuti secara daring. Terakhir adalah paparan terkait dengan “Penyusunan SNI Produk melalui Sistem Informasi Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SISPK)” yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pertanian, Pangan dan Kesehatan, Hendro Kusumo, SP. Dalam paparannya, Hendro menggaris bawahi bahwa saat ini dalam perdagangan global, hambatan tarif semakin tidak popular, sehingga digantikan oleh Technical Barrier to Trade (TBT) yang mengatur mengenai standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian untuk meningkatkan fairness dalam perdagangan. Hendro juga menekankan bahwa standar harus mendukung inovasi, sehingga Hendro mengajak kepada seluruh civitas akademika UNUD untuk melakukan hilirisasi terhadap hasil riset dan pengembangan teknologi sehingga dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh industri. Salah satu caranya, menurut Hendro, adalah melalui pengembangan SNI berdasarkan hasil riset tersebut.

Kegiatan ini juga diperkaya dengan diskusi interaktif antara peserta dengan pembicara, diantaranya adalah mengenai bagaimana civitas akademika UNUD mampu mendorong UMKM di Bali untuk membuat ­role model pengembangan dan penerapan SNI yang terkait dengan produk khas Bali dengan pendampingan dari BSN. Selain itu, para dosen UNUD juga memberikan masukan terhadap e-learning standardisasi agar dilakukan kajian lebih lanjut terkait ekivalensi antara mengikuti e-learning standardisasi dengan jumlah SKS mata kuliah pengantar standardisasi yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka di Perguruan Tinggi. Kegiatan ini ditutup oleh Kristiati, yang sekaligus mengingatkan kepada seluruh civitas akademika UNUD agar dapat berpartisipasi aktif dalam pendidikan standardisasi dan selalu memberikan masukan bagi BSN dalam mengembangkan pendidikan standardisasi. (Her)

 

Materi kegiatan ini dapat diunduh melalui link berikut ini:

Materi Kuliah Umum Pendidikan Standardisasi dan Workshop Proses Penyusunan SNI Produk Pangan