Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Mesin "laundry" Kanaba dipasarkan hingga Timor Leste

  • Senin, 09 April 2018
  • 2263 kali

 

 

Sabtu, 7 April 2018 0:24 WIB

Yogyakarta (Antara Jogja) - Mesin "laundry" merek Kanaba yang diproduksi Hari Mukti Teknik telah dipasarkan di berbagai pelosok di Indonesia seperti Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Timor Leste.


"Mesin 'laundry' itu digunakan oleh hotel, rumah sakit, usaha laundry, dan garmen," kata Founder & Owner Hari Mukti Teknik Ashari kepada wartawan di pabriknya kawasan Padangan, Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat.


Ashari mengatakan, mesin laundry merek Kanaba mempunyai lima produk andalan yaitu mesin pencuci dan pemeras, mesin pencuci tanpa pemeras, mesin pemeras tanpa pencuci, mesin pengering, mesin setrika roll, meja setrika, dan mesin cuci karpet.


"Kami bisa memproduksi mesin laundry dengan skala menengah hingga besar. Kami bisa memenuhi permintaan konsumen dengan kapasitas mesin mulai 16 kilogram hingga 500 kilogram dengan harga  puluhan hingga ratusan juta rupiah," kata Ashari.


Menurut dia, mesin laundry Kanaba telah mengantongi Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan, dan tidak kalah dengan produk sejenis dari luar negeri.


Pada Mei 2015, Kanaba mengajukan SNI, dan akhirnya berhasil memperoleh Sertifikasi SNI-ISO di bawah bimbingan Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan diuji oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T).

"Pada 12 November 2016 kami secara resmi memperoleh Sertifikasi SNI-ISO 9001:2015," kata pria kelahiran 7 Februari 1969 lulusan Sekolah Teknik Menegah (STM) Negeri 2 Yogyakarta itu.


Meskipun telah memperoleh SNI, kata Ashari, mesin laundry karya anak Bantul, kepanjangan dari Kanaba, masih kesulitan menembus pasar instansi pemerintahan. Hal itu karena Kanaba belum masuk dalam elektronik katalog (e-katalog) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).


"Kondisi itu menyebabkan calon konsumen seperti rumah sakit pemerintah takut melakukan pembelian. Rata-rata calon konsumen takut ketika melakukan pembelian dengan nominal lebih dari Rp200 juta," kata Ashari yang mulai memproduksi mesin laundry Kanaba pada 2008.

Ia mengatakan, saat ini Kanaba sedang berusaha mendapatkan rekomendasi agar produk mesin laundry itu bisa masuk e-katalog. Prosesnya sedang berjalan, dan diharapkan dalam waktu tidak lama Kanaba bisa masuk e-katalog. 


"Untuk masuk e-katalog prosesnya harus ada rekomendasi rumah sakit di kabupaten/kota, kemudian bupati/wali kota, dan gubernur, selanjutnya ke LKPP. Saat ini sedang dalam proses, dan semoga mesin laundry Kanaba bisa segera masuk e-katalog," kata Ashari.

Pewarta : Bambang Sutopo Hadi

Editor: Luqman Hakim

 SUMBER : antarayogya.com, 7 April 2018