Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Knowledge Sharing: Menuju BSN Berkelas Dunia

  • Jumat, 23 Juni 2017
  • 3555 kali

Dalam rangka memahami dan mendiskusikan gagasan yang terdapat dalam esai pemenang BSN Essay Competition 2017 dan sekaligus untuk peningkatan wawasan pegawai BSN, Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi bekerjasama dengan Biro Hukum, Organisasi dan Humas akan menye!enggarakan kegiatan Knowledge Sharing dan Bedah Esai hasil BSN Essay Competition 2017 (BEC 2017) di Ruang Komisi III Gedung II BPPT pada Rabu, 21 Juni 2017. Knowledge sharing ini dihadiri oleh perwakilan setiap unit kerja di lingkungan BSN.


“Hari ini, para pemenang BEC  2017 berkesempatan untuk menyampaikan gagasan dan pemikirannya dan kita dapat mendiskusikan isi essay tersebut,”ujar Kepala Bidang Dokumentasi dan Perpustakaan, Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi, Minanuddin, selaku ketua panitia. Knowledge sharing ini menghadirkan para pemenang BEC 2017 mulai dari juara 1 hingga juara harapan 3.


BSN yang tergabung dalam ISO, IEC, Codex, dan organisasi lain dalam lingkup internasional dan regional merupakan sumber informasi standardisasi yang paling lengkap di Indonesia. Banyak isu-isu penting standardisasi yang diperoleh dari organisasi-organisasi tersebut. “Hal ini dapat dimanfaatkan oleh segenap pegawai BSN untuk membuat tulisan yang menarik dan berguna bagi masyarakat. Knowledge sharing ini juga merupakan penghargaan bagi para pemenang,”ujar Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN, Erniningsih.


Peraih Juara II Lomba BEC 2017, Tom Abbel Sulendro memaparkan essaynya dengan judul “Revolusi Mental Membangun Platform Inovasi dan Mutu Nasional Akan Membawa BSN Menjadi Organisasi Kelas Dunia Pada Tahun 2015”. Ia berpendapat bahwa karakteristik pegawai BSN merupakan akar dari visi BSN untuk menjadi organisasi kelas dunia. “Untuk menjadi organisasi kelas dunia, Pegawai BSN harus menjadi personal yang mempunyai human capital professional dalam membangun infrastruktur mutu yang handal dan meningkatkan daya saing,” ujarnya.

Tom menyimpulkan bahwa kombinasi excellence di dalam kinerja (performance), praktek-praktek kerja (practices), dan sumber daya manusia (peoples) harus dikawal agar terus tumbuh positif sehingga pada tahun 2025 menghasilkan throughput mutu nasional dan lembaga BSN mencapai titik puncaknya yaitu world class organization.


Sri Rahayu Safitri, peraih juara harapan 2 dengan essay yang berjudul “Inovasi Pelayanan Publik dalam Konteks Penyebarluasan Konten SNI melalui SISPK sebagai Pendorong Peningkatan Budaya Mutu Nasional” berpendapat bahwa salah satu penyebab terjadinya kesenjangan pengetahuan tentang mutu di masyarakat adalah karena masyarakat tidak mengetahui persyaratan mutu yang ada di dalam dokumen SNI. Ia pun berpendapat bahwa hal tersebut dapat diminimalisir dengan memberi kemudahan mengakses konten teks lengkap SNI, dengan menggunakan media SISPK.

Dalam paparannya, Sri menyajikan perbandingan konten informasi standar dari beberapa dokumen standar di beberapa negara. Hasilnya terlihat bahwa beberapa dokumen standar di negara lain menyajikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat dibandingkan dokumen SNI. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan budaya mutu, Sri menyarankan agar SISPK dapat meniru dokumen TISI, dimana TISI menampilkan full text untuk standar-standar yang non adopsi. Sri juga menyarankan agar SISPK juga menyediakan daftar penerap standar untuk para UMKM, sehingga terlihat standar mana yang paling banyak digunakan oleh UMKM, termasuk hingga detail alamat UMKM penerap standar, serta menyediakan informasi lembaga sertifikasi yang menggunakan standar tersebut.


Essay berjudul “Politik Standardisasi dalam Menghadapi Era Globalisasi” membawa Denny Kusuma meraih juara harapan 1. Denny berpendapat bahwa strategi bertahan dan menyerang merupakan politik standardisasi. Ada tiga strategi, yaitu national differences, pengusulan SNI menjadi standar internasional, dan harmonisasi standar.

Selanjutnya, peraih juara harapan 3, Muhammad Bahrudin, menyuarakan “Komitmen menjadi Badan Standar Terstandar Berkelas Dunia”. Menurutnya, untuk menjadi lembaga berkelas dunia, BSN harus memiliki komitmen yang kuat. Komitmen ini salah satunya dapat dilihat dari penerapan standar secara konsisten dari manajemen BSN sendiri. Bahrudin juga menyoroti kepemilikan gedung sendiri yang hingga saat ini belum terealisasi.


Knowledge sharing ini semakin lengkap dengan menampilkan panelis dari luar kota dengan menggunakan teleconference. Danar Agus Susanto, yang saat ini sedang bertugas di Kantor Layanan Teknis di Makassar menyampaikan essay yang ia buat berkelompok bersama Febrian Isharyadi dan Ellia Kristiningrum. Essay mereka yang berjudul “Standar dan Inovasi sebagai Katalisator Peningkatan Ekonomi” meraih juara 3.

Danar menyampaikan bahwa standar dapat memacu inovasi secara langsung melalui sejarah dan perkembangan teknologi yang menjadi dasar dari mana teknologi dan inovasi baru akan muncul. Standar juga dapat memacu inovasi secara tidak langsung, karena pada hakekatnya standar dan inovasi mampu meningkatkan daya saing global, yang pada gilirannya akan memacu inovasi.


Berdasarkan dua hal tersebut, Danar memberikan dua rekomendasi. Pertama, proses standardisasi harus terbuka dan transparan dengan tujuan untuk mengikutsertakan seluruh pelaku usaha yang saling berkompetisi (termasuk pelaku usaha di bagian hilir), serta mengikutsertakan ilmu pengetahuan dan penelitian, bahkan permintaan dari masyarakat. Kemudian, Danar juga merekomendasikan agar proses standardisasi yang baru harus dimulai dari bidang ilmu pengetahuan, penelitian, dan pasar negara berkembang untuk mengeksploitasi inovasi, mempromosikan fungsi standar dari awal, dan untuk menghindari fragmentasi yang tidak perlu dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.  

 

Teguh Pribadi Adinugroho selaku peraih juara pertama BEC 2017 juga menggunakan teleconference dalam menyampaikan essay miliknya. Teguh yang saat ini tengah menempuh pendidikan S3 di UK memaparkan essay berjudul “Pencapaian Visi Menjadi NSB Berkelas Dunia”. Sebuah kajian kecil membuktikan bahwa terdapat korelasi antara peringkat indeks inovasi sebuah negara dengan tingkat keaktifannya di dalam menjadi secretariat atau convenor di technical committee (TC/SC) ISO. Untuk itu, Teguh berpendapat bahwa yang dimaksud NSB berkelas dunia adalah NSB yang aktif berperan di dalam TC/SC di level internasional dengan menjadi secretariat atau convenor.

Dalam kesempatan ini, Teguh menyampaikan gambaran besar langkah-langkah menjadi NSB berkelas dunia dalam sebuah piramida. Dimulai dari penguatan pondasi, dalam hal ini adalah teknologi, para ahli, serta kalangan industri; kemudian membuat skema yang sinergis dalam menyusun sistem standardisasi nasional; hingga menjadi secretariat atau convenor dalam TC/SC di level internasional.

Para peserta terlihat sangat antusias dalam mengikuti knowledge sharing ini. Hal ini terlihat dari keaktifan para peserta dalam memberikan pendapat ataupun pertanyaan kepada para panelis. Diharapkan, knowledge sharing ini dapat membuka cakrawala segenap pegawai BSN, hingga pada akhirnya BSN dapat menjadi badan standar berkelas dunia. (ald-Humas)




­