Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

RI-China Perkuat Kerja Sama Standardisasi Produk

  • Rabu, 25 Maret 2009
  • 5027 kali
Kliping berita :

Kerja sama ini guna meningkatkan posisi dagang kedua negara.

PEMERINTAH Indonesia dan China memperkuat kerja sama standardisasi dan akreditasi produk perdagangan. Dengan kerja sama ini, produk ekspor dan impor kedua negara bebas pengujian standar di negara tujuan.

Ketua Komite Akreditasi Nasional (KAN) Bambang Setiadi mengatakan, akan memperkuat kerja sama sertifikasi dan akreditasi dua negara." Ada empat poin dalam memorandum of understanding(MoU) yang disepakati," katanya, usai meneken nota kesepahaman antara KAN dan China National Accreditation Service (CNAS), Selasa (24/3).

Empat kerja sama itu mencakup, penguatan kerja sama sertifikasi dan akreditasi, pengakuan hasil akreditasi masing-masing negara, mengurangi hambatan perdagangan, dan saling bertukar ahli penilaian kesesuaian.

Dia mengatakan, perlu pengakuan standardisasi dan akreditasi produk perdagangan terkait maraknya keluhan produk impor ke Indonesia dan China.

Menurut Setiadi, produk mainan asal China kerap dikeluhkan produsen asal Indonesia karena tak memenuhi standar kualitas bahan baku mainan. Kandungan produk mainan asal negeri Panda itu dinilai berbahaya bagi kesehatan anak-anak. "Tahun lalu banyak produsen mainan yang mengeluhkan masalah ini ke KAN,'' ujar dia.

Jadi, lewat MoU saling pengakuan standardisasi dan akreditasi, standar produk asal dua negara mendapat pengakuan sama. Produk Indonesia yang ber SNI tidak lagi diuji standar CNAS. Juga sebaliknya.

Badan Standardisasi Nasional (BSN) akan mengusulkan daftar standar kepada regulator dan produsen. Anggaran penyusunan daftar ini akan diusulkan dalam DIPA 2010. "Tahun depan list itu sudah ada di KAN dan jadi referensi.”

China merupakan negara keempat yang bekerja sama penilaian standar dengan

Indonesia. Negara sebelumnya antara lain, Jerman dan Iran. Badan Standardisasi Jerman berencana berkunjung ke Indonesia terkait seminar Dampak Standardisasi bagi Perekonomian yang digelar awal Juli 2009.

Sekretaris Jenderal KAN Sunarya mengatakan, kerja sama ini guna meningkatkan posisi dagang kedua negara. Usulan daftar produk yang distandardisasi mengacu masukan dari sejumlah pemangku kepentingan antara lain, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, dan Lembaga Sertifikasi Produksi (LSPro).

Lewat kerja sama standardisasi, perdagangan dua negara akan lebih adil dan mampu menekan biaya pelaksanaan kesesuaian. Indikator kesesuaian produk perdagangan dua negara berdasarkan kompetensi.

Vice Presiden CNAS Liu Xin mengungkapkan, pihaknya memiliki 3.400 unit fasilitas laboratoirum yang membantu standardisasi produk ekspor ke berbagai negara, termasuk Indonesia. ''Di China, laboratorium kami sukses membuat standardisasi.”

Menurut dia, perdagangan Indonesia dan China akan makin maju lewat kerja sama standardisasi.

Untuk sektor perdagangan, China merupakan mitra Indonesia. Ekspor nonmigas Indonesia ke China sekitar 15,28 persen dari total periode Januari-November 2008. Impor nonmigas Indonesia mencapai 7,35 persen. Realisasi investasi asing di Indonesia pada 2008, mencapai US$14,8 miliar.

Pertumbuhan ekonomi China diprediksi peluang bagi investasi di Indonesia. Pemerintah telah memberikan fasilitas pajak penghasilan bagi investasi baru di industri makanan, ---tekstil, pulp, dan kertas.

Oleh : Luther Kembaren

Sumber :
Jurnalnasional.com
Rabu, 25 Mar 2009