Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Pentingnya Kalangan Muda Pahami Standardisasi

  • Selasa, 30 Mei 2017
  • 2751 kali

“Yang Muda Yang Berkarya”. Itulah tema dalam Seminar Nasional Himmatfest 2017 yang menghadirkan narasumber Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya, CEO anakmuda.net Aryo Febrian Moedanton, serta Pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) Andri Rizki Putra, pada Sabtu (27/5/2017) lalu di Kampus Binus University, Jakarta.

Dalam seminar kali ini, ratusan anak muda yang hadir, diajak untuk merefleksikan kembali dirinya dalam menjawab tantangan generasi muda ke depan. Bambang dalam paparannya menjelaskan betapa pentingnya generasi muda untuk mengetahui dan mempejari standardisasi.

Sebab, kata Bambang, potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia sangat besar. Dalam mengelola potensi yang besar ini, kita juga harus siap dengan gebrakan-gebrakan teknologi dari dunia luar. Cara menghadapi gebrakan tersebut adalah dengan standardisasi.

Standardisasi merupakan piranti handal dalam perubahan sosial-ekonomi-budaya; mendukung regulasi; mendukung pertumbuhan ekonomi; serta piranti handal dalam forum “Technical Barrier To Trade” (TBT) WTO.

Bambang mencontohkan sudah banyak manfaat penerapan standardiasi dalam berbagai bidang yang mampu mendukung perdagangan, pertumbuhan ekonomi, serta melindungi masyarakat Indonesia. Seperti penerapan SNI tabung gas, Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), SNI produk helm, serta SNI produk ban.

Sementara itu Aryo, pendiri anakmuda.net berbagi inspirasi melalui pengalaman hidupnya. Berangkat dari potensi diri yang ia sadari dapat dikembangkan lebih baik lagi, Aryo mulai “mencoba-coba” berbagai bisnis. Tak selalu berjalan mulus, ia juga sering mengalami kendala dan rintangan.

Dari kisah hidupnya, Aryo mencoba menyampaikan pesan bahwa generasi millenials saat ini harus mulai menyadari apa yang menjadi potensi dirinya. Terus menggali potensi diri dan tidak terlena dengan waktu.

Adapun Rizki, penggagas YPAB yang juga Pemenang Kick Andy Young Heroes 2015 mengisahkan tentang bagaimana ia dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi tanpa ijazah SMA. Waktu duduk di kelas 1 SMA, ia memutuskan keluar dari sekolah. Ia tidak tahan dengan kecurangan-kecurangan saat ujian nasional yang terjadi di sekolahnya. Ia memilih belajar dari luar sekolah formal.

Hingga sekarang, berkat memegang teguh kejujuran dan integritas dalam dirinya, Rizki terus menorehkan prestasi. Salah satunya ia berhasil mendirikan YPAB bersama rekan-rekannya. Melalui YPAB, Rizki membuka kelas belajar bagi masyarakat yang tidak mampu bersekolah formal.

Melalui seminar kali ini, diharapkan para peserta dapat terinspirasi dengan kisah-kisah sukses anak muda Indonesia, dan siap untuk berkarya! (ria-humas)