Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN gandeng UMS gelar Seminar

  • Rabu, 24 Mei 2017
  • 3088 kali

Solo, 18 Mei 2017, BSN menggandeng Universitas Muhammadiyah Surakarata (UMS) menyelenggarakan Seminar dengan tema “Pentingnya Peran Akademisi dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Unggulan Daerah Melalui Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian”. Seminar ini merupakan tindaklanjut kerjasama Standardisasi dan Penilaian antara BSN dengan UMS. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Perpusatakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan dihadiri para Dosen, Wakil Rektor dan civitas akademis lainnya serta para SKPD baik pemerintah kota Solo dana tau Pemerintah Kabupaten Boyolali. Acara ini dibuka oleh Agus Ulinuha, Mt, Ph. D. , dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa acara ini merupakan tindaklanjut kerjasama dari MoU yang telah ditandatangani pada bulan November 2016. Tindaklanjut kerjasama ini antara lain berupa Seminar, SNI Corner, Kerjasama IT, dll. UMS sangat tertarik dengan Kerjasama Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian karena dengan adanya standar semua dapat terukur dan jelas. Beliau mencontohkan Bandeng presto semarang sangat terkenal dan dapat diterima di masyarakat karena mereka menerapkan standar dengan baik sehingga produknya bisa diterima dipasar. UMS siap menerapkan standar dan dimulai dengan awarnes terlebih dahulu Terkait dengan standar, UMS memiliki badan penjamin mutu karena badan ini terkait dengan proses akademik dan sudah harus dipikirkan proses dan keluaran yang harus dapat terukur. Lewat Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM), peneliti harus aktif dalam berperan serta mengembangkan standar tutupnya. Diakhir kata beliau menyampaikan bahwa kerjasama ini harus terus dijalin dengan baik dan kedepannya Peneliti dari UMS dapat ikut serta mengembangkan SNI. Setelah pembukaan, acara ini menghadirkan tiga orang narasumber yaitu Mohammad DaÍ selaku Wakil Rektor 1, R. Iskandar Novianto selaku Kepala Bidang Kerjasama Dalam Negeri, dan Y. Kristianto W. selaku Kepala Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi dan Acara ini dimoderatori oleh Cahyono K. Widodo.

Paparan pertama disampaikan oleh Y. Kristianto menyampaikan paparannya dengan judul Pemanfaatan Informasi Standardisasi di Perguruan Tinggi. Beliau menjelaskan perbedaan antara BSN, BNSP dan BSNP. Lanjutnya mengatakan mengapa standardisasi sangat penting, dikarenakan keberterimaan produk di pasar internasional baik digunakan di pemerintahan, bisnis, standar organisasi dan akademis. Karena di akademisi dapat dimulai dari sekarang standar sangat berperan penting bagi mahasariswa yang keluarannya diharapkan dapat berpartisipasi dalam mengembangkan standar yang hal ini di atur di dalam UU No. 20 tahun 2014 pada pasal 56. Informasi yang digunakan dapat berupa SNI Corner merupakan outlet informasi standardisasi danpenilaian kesesuaian, yang menyediakan: dokumen SNI dengan topik terpilih, direktori laboratorium dan lembaga sertifikasi, buku referensi, serta berbagai multimedia pendidikan standardisasi, promosi SNI maupun video streaming. SNI Corner ini dapat dipasang di Perguruan Tinggi, Pemerintah Pusat atau Daerah dan Asosiasi, hal ini karena banyak manfaat yang diperoleh tutupnya. Kompetensi Lulusan Pendidikan Standardisasi : Lulusan yang memiliki kompetensi (knowledge, skill, attitude/softskill) di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian (pengembangan, penerapan/evaluasi, inovasi) tingkat nasional dan internasional; Pemahaman yang mendalam di bidang industri  dan iptek tertentu; dan Secara cepat mampu mengikuti perubahan/perkembangan iptek, pasar, dan  regulasi/kebijakan. Diakhir paparannya beliau menyampaikan bahwa informasi mengenai standardisasi dan penilaian kesesuaian dapat diakses secara virtual.

Paparan kedua disampaikan oleh R. Iskandar Novianto menjelaskan mengenai sejarah Standardisasi Nasional dari awal terbentuknya BSN sampai lahirnya UU No. 20 Tahun 2014. Dinyatakan bahwa standar sangat diperlukan dan sebagai landasan hukumnya adalah UU No. 20 Tahun 2014, PP 102 tahun 2000, Perpres No. 54/ 2010, Perka BSN No 135/2010, dan saat ini sedang di buat RPP turunan dari UU No. 20 Tahun 2010. Senada dengan hal tersebut bahwa tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian adalah meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan kemampuan Pelaku Usaha, serta kemampuan inovasi teknologi, meningkatkan perlindungan kepada konsumen, Pelaku Usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup. SNI dikembangkan dan dirumuskan dan diterapkan. Karena SNI ini mendukung pembangunan nasional dan melindungi masyarakat. Sesuai dengan seminar ini maka harapan kepada Perguruan Tinggi yang memiliki potensi maksimal untuk berkontribusi dalam dunia standar; Jembatan utama (ultimate bridge) antara generasi muda dengan dunia profesional; dan Sumber utama (key producers) dari ilmu pengetahuan. Disamping itu ada beberapa program pendidikan standardisasi di Indonesia antara lain di Perguruan Tinggi yaitu Sarjana : MoU, Pengembangan Kurikulum dan Buku Teks/Materi Ajar, Mata Kuliah Standardisasi, Workshop, Magang dan Kunjungan ke Industri, Kompetisi, ToT Dosen, Jejaring Dosen dan Pasca Sarjana: Pengembangan Kurikulum dan Materi Ajar. Diakhir kesempatan Iskandar menjelaskan sebaran kerjasama antar Perguruan Tinggi yang dilakukan BSN dan isi ruang lingkup kerjasama standardisasi serta contoh implementasi kerjasama dan role model UKM yang telah di bina oleh BSN. 

Paparan terakhir disampaikan oleh Dr. Mochammad Daí selaku Wakil Rektor 1 yang menjelaskan harapan dan implementasi dari Kerjasama Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian adalah bahwa standardisasi sangat penting didalami dan diterapkan seperti halal, karena jika kita tidak tau makan akan kesulitan. Dia mencontohkan helm, karena dengan adanya SNI wajib helm maka dapat menjaga keselamatan penggunanya. Seperti diketahui bahwa di Perguruan Tinggi juga mengenal adanya standar yaitu Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) terkait dengan standar minimal. Banyak standar yang sudah kita kenal seperti standar hasil, standar uji, standar proses, dll. Terkait dengan standar uji dan hasil maka UMS berecana akan menerapkan standar laboratorium yaitu SNI IEC/ ISO 17025 agar laboratorium di UMS dapat bersaing dan tertelusur serta terpercaya. Diakhir paparannya beliau menyampaikan untuk produk ilmiah harus kompatibel dan sesuai kebutuhan yang diharapkan dapat dikembangkan menjadi SNI dan para akademisi khususnya peneliti dapat ikut serta berperan dalam pengembangan standar. 

Acara ini disambut antusias oleh para peserta dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada para narasumber dam ini dikemas dengan sangat apik oleh moderator, didapatkan kesimpulan bahwa kerjasama yang terjalin antara BSN dengan UMS diharapkan tidak hanya sampai saat ini saja, tetapi dapat terus berkembang seiring berjalannya waktu memberikan manfaat yang sangat besar bagi perkembangan standardisasi di Indonesia.(KSDN-PKS).