Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Perkembangan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian di ASEAN

  • Selasa, 02 Mei 2017
  • 1761 kali

Pertemuan ke-47 ACCSQ Plenary telah dilaksanakan pada tanggal 23-28 April 2017. Pertemuan tersebut mencatat beberapa hal antara lain penyusunan Mutual Recognition Arrangement (MRA) sektor otomotif dan sektor makanan serta progress penandatanganan MRA sektor farmasi. Hadir dalam pertemuan tersebut, wakil dari BSN dan Kementerian Perdagangan. 

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia juga menyampaikan permintaan dukungan dari negara ASEAN dalam forum standar internasional yaitu:

  1. Pengusulan Prof. Purwiyatno Haryadi sebagai vice chair pada pertemuan  ke-40 Codex Alimentarius Commission (CAC) pada tanggal 17-22 Juli 2017 di Swiss
  2. Voting disapprove draft standar ISO/DIS 7886-3: Sterile hypodermic syringes for single use – Part 3: Autodisable syringes for fixed-dose immunization
  3. Voting approve draft stadar ISO 14080 Greenhouse gas management and related activities: Framework and principle for methodologies on climate actions
  4. Voting approve draft standar ISO/CD 22327 Security and resilience-Emergency management-Community based landslide early warning system

Di sela-sela pertemuan, Indonesia secara khusus melakukan diskusi dengan Malaysia untuk membahas tentang standardisasi dan penilaian kesesuaian antara kedua negara tersebut. Salah satu topik diskusi yang diangkat adalah tindak lanjut pertemuan Joint Trade and Investment Committee (JTIC) yang telah dilaksanakan pada tahun 2016. Malaysia menyampaikan ketertarikannya dengan sistem penilaian kesesuaian di Indonesia, utamanya yang terkait dengan regulasi teknis. Diharapkan, standardisasi dan penilaian kesesuaian dapat menjadi tool untuk meningkatkan perdagangan Indonesia dan Malaysia.

Selain itu, Indonesia juga melakukan pertemuan bilateral dengan IEC Asia Pacific Regional Centre (IEC APRC) dalam rangka membahas workshop terkait standardisasi dan penilaian kesesuaian di bidang peralatan listrik di lingkungan yang memiliki risiko ledakan (IECEx). Mengingat banyak industri di Indonesia yang memiliki risiko ledakan, IEC APRC mendorong Indonesia agar menjadi P-member dalam TC31  dan mengedukasi pelaku industri di Indonesia. (PKS)




­