Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Siaran Pers HARI STANDAR DUNIA

  • Kamis, 14 Oktober 2010
  • 3896 kali
SIARAN PERS
BADAN STANDARDISASI NASIONAL (BSN)
DALAM RANGKA
HARI STANDAR DUNIA, 14 Oktober  2010

Organisasi yang mengatur standar di dunia, namanya International Organization for Standardization (ISO), markasnya di Geneva. Anggota ISO saat ini 163 negara, meliputi hampir 94% seluruh penduduk di planet ini. Organisasi standar ISO terkait hampir seluruh jenis produk, kecuali produk elektronika dan kelistrikan . Tahun 2009-2010, Indonesia, bukan hanya menjadi anggota biasa, namun  menjadi anggota Council ISO, yaitu dewan mengatur operasional ISO yang terdiri dari 20 negara. Di Oslo, Norwegia, pertengahan bulan September 2010 yang lalu, bahkan telah ditetapkan suatu resolusi, Indonesia terpilih  menjadi Chairman dari Committee on Developing Country Matters (DEVCO) yang anggotanya  135 negara berkembang dan wakil negara maju,   untuk  periode 2011-2012. 

Dalam hal standar terkait elektronika dan kelistrikan,  diatur oleh organisasi International Electrotechnical Commission (IEC), dan yang terkait dengan standar telekomunikasi namanya International Telecommunication Union (ITU). Organisasi standar yang terkait dengan pangan namanya Codex Alimentarius Commission, atau CODEX. Masing-masing organisasi itu  tiap tahun mengadakan pertemuan, di dalam setiap pertemuan itu dibahas arah perkembangan standar ke depan dan berembug mengenai topik bersama hari standar dunia yang jatuh setiap  tanggal 14 Oktober  . Tahun ini thema yang ditetapkan oleh ISO, ITU dan IEC adalah  Accessibility for all with international standard.

Sedikitnya 650 juta orang secara global terpengaruh oleh berbagai ketidakmampu-an;  seperempat dari seluruh penduduk di negara maju berusia 60 tahun atau lebih,  dan sampai akhir tahun  2050, sebagian besar negara berkembang akan mengalami hal serupa.
Aksesbilitas menjadi isu yang semakin populer seiring dengan meningkatnya tuntutan dari kalangan penyandang cacat dan  lanjut usia untuk memperoleh akses yang sama dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi. Bagi mereka, sebagaimana halnya orang-orang yang mampu secara fisik, kemudahan akses terhadap informasi dan komunikasi sangatlah penting, sama halnya dengan kemudahan dalam penggunahan suatu fasilitas seperti elevator, masuk ke suatu gedung, mengadakan perjalanan  ataupun menggunakan suatu  alat dengan aman dan baik.

Tapi aksesbilitas bukan hanya masalah bagi usia lanjut atau kalangan penyandang cacat. Siapapun pada setiap tahapan usia dalam hidupnya terkadang mengalami berkurangnya kemampuan aksesbilitas. Ketika hal ini terjadi,  aktifitas sehari-hari yang sederhana bisa menjadi hal yang sangat sulit. Standar internasional memberikan panduan bagi produsen  dan penyedia jasa bagaimana mendesain  produk yang bisa diakses oleh semua kalangan.

Standar internasional memfasilitasi akses semua orang terhadap produk, struktur dan pelayanan / jasa,  termasuk pertimbangan kemanan, ergonomic dan metode uji harmonis yang semuanya diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas. Standar juga memberikan dasar bagi penyebaran inovasi teknologi baik di negara maju maupun negara berkembang. Standar  membantu pasar tumbuh lebih cepat dan meningkatkan perdagangan global.

Badan Standardisasi Nasional (BSN) selaku anggota yang mewakili Indonesia di berbagai forum standar internasional, aktif mendorong dan ikut memberikan masukkan atas pengembangan standar internasional yang terkait dengan aksesibilitas.

the 3rd Asian Network for Consumer (ANCO) Participation in Standardization Workshop di Kuala Lumpur, Malaysia tepatnya pada tanggal 16 – 17 Pebruari 2009. Dalam workshop yang dihadiri oleh 20 peserta dari 8 negara yakni berasal dari India, Jepang, Korea, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, Vietnam dan Indonesia, mengangkat tema Accessible Design (AD). Accessible Design dapat diartikan kurang lebih seperti ini: design produk/alat/fasilitas yang dibuat tidak hanya dapat digunakan oleh manusia pada umumnya, namun manusia yang mulai menurun kemampuan secara fisik seperti manusia lanjut usia atau penyandang cacat, dapat dengan mudah menggunakan alat atau fasilitas tersebut.

BSN dalam workshop tersebut menyampaikan pandangannya bahwa standar nasional yang terkait dengan Accessible Design seharusnya dapat dikembangkan melalui kolaborasi dan partisipasi yang lebih besar oleh pemerintah, sektor swasta, masyarakat madani serta lembaga swadaya masyarakat di tingkat daerah dan nasional serta di tingkat internasional.
Hingga saat ini, BSN telah mengembangkan beberapa SNI produk yang dapat membantu orang cacat atau manula diantaranya SNI 09-4663-1998 : Kursi roda; SNI 16-2634-1992 : Audiometers; dan SNI 16-2635-1992 : Alat bantu dengar.  

Beberapa negara yang telah mengembangkan standar ini diantaranya adalah Jepang, Korea dan China yang juga merupakan negara yang mempelopori berkembangnya standar yang terkait dengan Accessible Design. Dengan adanya standar ini, salah satu aspek desain yang secara langsung dialami oleh penyandang cacat atau manula adalah fasilitas umum seperti lift, petunjuk jalur, tanda-tanda khusus dengan menggunakan huruf Braille misalnya, dan lain-lain, yang akan membantu mereka melakukan aktifitasnya.

Standar-standar  yang dihasilkan oleh ISO/IEC/ITU dan CODEX telah dijadikan acuan dalam perdagangan dunia. Jadi sangat jelas, dunia saat  menuju  suatu tatanan masyarakat yang disatukan bahasa yang baru dan  sangat universal, yaitu  bahasa “standar”. Karena itulah , Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai lembaga pemerintah yang ditugaskan menerbitkan Standar Nasional Indonesia (SNI), akan  terus mengembangkan, memperbaiki dan memelihara SNI, dan memanfaatkan standar-standar internasional untuk kepentingan kesehatan, keselamatan, keamanan masyarakat dan lingkungan hidup .  Dengan cara itu,  kita tidak  akan pernah terkucilkan dan  bisa bicara berbagai standar dengan negara manapun di dunia . Ke depan, Indonesia , secepatnya segera  menjadi bangsa yang semakin “ sadar akan  standar”.