Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN Mengisi Seminar Sehari tentang Standardisasi di Negeri Belanda

  • Senin, 02 Oktober 2017
  • 8247 kali

 

Setelah sukses melakukan rangkaian kegiatan the 40th ISO/General Assembly (GA) di Berlin-Jerman, Sekretaris Utama Badan Standardisasi Nasional (BSN), Puji Winarni serta Deputi Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN , Eriningsih, berkesempatan melanjutkan rangkaian kegiatan ke Negeri Belanda untuk mengisi seminar sehari tentang standardisasi pada tanggal 23 September 2017 yang berlokasi di University of Twente, Enschede - Belanda. Seminar yang mengangkat tema “Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian dalam Era Globalisasi dan Perdagangan Bebas” ini diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia di Belanda bekerjasama dengan Persatuan Pelajar Indonesia di Enschede dan Deventer. Kegiatan ini juga didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag.

Ini adalah kesempatan pertama bagi BSN untuk memperkenalkan standardisasi dan penerapannya dalam berbagai aspek kehidupan bagi mahasiswa Indonesia yang berada di Belanda, khususnya Enschede dan sekitarnya. Selain itu acara ini juga dapat memberikan pemahaman dan menambah wawasan kepada mahasiswa Indonesia di negeri Belanda tentang skema standardisasi, penilaian kesesuaian dan penerapannya.

Acara diawali dengan pembukaan oleh Ketua PPIE, Aji Putra Perdana, dilanjutkan pengarahan dari Duta Besar Indonesia untuk kerajaan  Belanda, I Gusti A Wesaka Puja. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan pemaparan materi oleh BSN.

Pada sesi pertama, Puji Winarni menyampaikan bahwa standar menjadi suatu bahasa yang dapat menjadi jembatan dan menutup gap antara research dan industry, sehingga dalam hal ini standar menjadi sangat penting. Posisi Indonesia dalam kontribusinya di kancah standar dunia seperti ISO dan IEC juga tidak luput dari pemaparan beliau. Standar Nasional Indonesia (SNI) pada dasarnya bersifat sukarela. Untuk menjamin keberterimaan dan pemanfaatan SNI secara luas, penerapan norma  keterbukaan bagi semua pemangku kepentingan, transparan dan tidak memihak, serta selaras dengan perkembangan standar internasional  merupakan faktor yang sangat penting. Namun untuk keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, pemerintah dapat saja memberlakukan SNI tertentu secara wajib. Beliau juga menyampaikan hubungan relasi antara BSN dan Komite Akreditasi Nasional (KAN), proses akreditasi dan skema akreditasi untuk laboratorium dan lembaga inspeksi.

BSN juga memiliki 10 langkah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yaitu:

  1. Implementasi tindak lanjut kesepakatan MEA dalam Standardisasi
  2. Mengembangkan standar untuk produk-produk strategis dan unggulan UKM
  3. Memperjuangkan posisi Indonesia di TBT-WTO
  4. Meningkatkan jumlah, ruang lingkup dan distribusi LPK
  5. Meningkatkan keberterimaan LPK Indonesia di internasional
  6. Mengembangkan Skema Penerapan SNI dan Peraturan K/L
  7. Mengembangkan model penguatan sertifikasi produk UKM
  8. Meningkatkan jumlah role model penerap SNI
  9. Menumbuhkan budaya standar
  10. Meningkatkan akses layanan publik

 

Di Sesi kedua, Erniningsih memberikan paparan tentang implementasi perjanjian WTO-TBT dalam rangka globalisasi perdagangan dunia. Sejauh dimungkinkan, pengembangan standar nasional tidak boleh ditujukan untuk atau berdampak menimbulkan hambatan perdagangan. Mengingat bahwa pemberlakuan regulasi teknis di suatu negara juga berlaku untuk produk impor, maka untuk menghindarkan terjadinya hambatan perdagangan internasional/negara anggota WTO termasuk Indonesia telah menyepakati Agreement on Technical Barrier to Trade (TBT) dan Agreement on Sanitary and Phyto Sanitary Measures (SPS). Di Indonesia, BSN telah ditunjuk sebagai notification body dan enquiry point untuk perjanjian TBT. Hal penting lainnya yang ditekankan oleh Erniningsih adalah kelemahan kita (Indonesia) dalam hal argumen notifikasi terkadang masih kurang didukung dengan data ilmiah dan hasil riset yang memadai. Beliau mengharapkan agar mahasiswa Indonesia yang berada di Belanda dapat berkontribusi didalam mendukung standardisasi kelak.

 

Pada sesi tanya jawab, terjadi diskusi yang bersemangat, dimana para peserta terlihat sangat antusias dalam bertanya dan ingin mengetahui lebih dalam tentang standardisasi. Beberapa pertanyaan yang muncul diantaranya adalah: bagaimana agar masyarakat dapat berkontribusi dalam proses pembuatan sebuah standar tertentu, mengapa ada produk buatan Indonesia di Belanda tanpa ada logo SNI-nya, bagaimana cara penambahan parameter untuk ruang lingkup akreditasi laboratorium berdasarkan SNI ISO/IEC 17025. Pertanyaan menarik mengenai sertifikasi halal juga disampaikan oleh salah satu mahasiswa yang hadir. Kedua pemateri menjawab dan memberikan penjelasan yang sangat baik dan diterima oleh seluruh penanya saat itu. Diakhir acara Puji Winarni dan Erniningsih menyampaikan harapannya agar mahasiswa dapat memberikan kontribusinya baik pemikiran, saran dan  hasil karya ilmiah dalam rangka mendukung kegiatan standardisasi di Indonesia. Terus semangat belajar di Negeri Belanda dan lanjutkan membangun Negara tercinta Republik Indonesia. (Akbar)