Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Deptan Menyiapkan Rp 672 M untuk Sertifikasi Sawit

  • Sabtu, 14 Maret 2009
  • 3032 kali
Kliping berita :

JAKARTA. Karena tergantung pada pasar ekspor, mau tidak mau para pekebun harus memenuhi berbagai ketentuan dalam mengelola kebunnya. Untuk membantu pekebun memenuhi berbagai standar ekspor itu, Departemen Pertanian mengalokasikan dana Rp 672 miliar. Ini akan menjadi subsidi kepada para petani sawit untuk mengurus sertifikat Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) sehingga ekspor crude palm oil (CPO) bisa lebih lancar.

Penerbit sertifikat RSPO adalah Sekretariat RSPO yang punya perwakilan di Indonesia. Sertifikat ini menunjukkan bahwa petani kebun sawit telah memenuhi berbagai persyaratan, termasuk persyaratan lingkungan.

Importir Eropa mensyaratkan, CPO yang masuk ke sana harus memenuhi berbagai persyaratan tersebut. Itulah sebabnya, menurut Staf Ahli Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Deptan, Syukur Iwantoro, mulai tahun depan Deptan akan memberikan subsidi untuk pembuatan sertifikat ini.

Pemerintah akan mengucurkan subsidi ini kepada gabungan kelompok tani pengelola kebun sawit dan petani plasma yang menjual sawitnya ke produsen CPO. Namun subsidi ini tidak akan mengalir ke perusahaan besar yang bisa membiayai sendiri.

Pembuatan sertifikat itu membutuhkan biaya US$ 20 - US$ 40 per hektare kebun. Menurut data Deptan, total luas kebun sawit saat ini mencapai 6,7 juta hektare. Dari jumlah itu, sekitar 2,8 juta hektare merupakan milik petani plasma. Dengan demikian Deptan membutuhkan dana sekitar Rp. 672 miliar (kurs Rp 12.000 per US$). “Sekarang kami masih melakukan sosialisasi,” katanya.

Dengan sertifikat ini, petani dan produsen CPO akan mendapat sejumlah keuntungan. Petani bisa menjual kelapa sawit kepada produsen CPO dengan harga lebih tinggi. Sedangkan produsen CPO bisa menembus pasar Eropa lantaran mengantongi bahan baku bersertifikat.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, total produksi CPO tahun lalu mencapai 18,7 juta ton. Dari jumlah itu, hanya 7 juta ton yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedangkan 11,7 juta ton sisanya diekspor.

China, India, da Pakistan, adalah tiga pasar terbesar minyak sawit kita. Tahun ini, Gapki menargetkan produksi CPO bisa meningkat menjadi 19 juta ton.

Oleh : Anna Suci

Sumber :
Harian Kontan
Sabtu, 14 Maret 2009, hal. 2