Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Semangat Membangun Aceh Pasca Tsunami – Kunjungan PT. Lafarge Cement Indonesia

  • Jumat, 13 November 2015
  • 2891 kali

Kunjungan Kepala Badan Standardisasi Nasional, Bambang Prasetya dan Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) Banda Aceh, Abdul Rahman  di PT. Lafarge Cement Indonesia disambut hangat oleh Cut Soraya, Vice President, Government Relation and Corporate Affairs; Dae Ho Lee, Vice President Manufacturing - Plant Manager; Fadli Amri, Quality Assistan Manager; Heri Saputra, Environment Assistan Manager; Algannaharo, Lafarge Learning Center; dan Rizka Quality Staff (12/11/2015)

 

Dae Ho Lee dalam sambutannya mengucapkan berterima kasih dan kebanggannya dapat dikunjungi oleh BSN dan Baristand Banda Aceh. Lee mengatakan, sangat penting dalam membuat sebuah standar baku dalam melakukan perubahan dan meningkatkan kualitas dari semua produk industri di Indonesia. Sebagai pemain semen di Aceh, perusahaan ini juga berkontribusi dalam mengikuti sebuah standar yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia. Yang salah satu tujuannya adalah memberikan kenyamanan dan kebahagiaan kepada pelanggan dengan produk yang berkualitas. Pada saat ini, semen Andalas adalah salah satu hasil produk semen yang dihasilkan masih menggunakan SNI 15-7064-2004, Semen Portland Komposit, tetapi untuk tahun depan sedang dalam proses menggunakan SNI 7064:2014. “Kita akan mengikuti semua standar yang telah diberlakukan, dengan tujuan untuk kebahagiaan dan kesenangan pelanggan dengan cara mengikuti peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

 

 

PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI) membangun kehidupan dengan semangat yang berkelanjutan sesuai dengan visi perusahaan. Perusahaan semen ini telah berdiri tahun 1980 bernama PT. Semen Andalas Indonesia oleh perusahaan Blue Circle yang berbasis di Inggris. Pada tahun 1994, PT. Lafarge Cement Indonesia mengakuisisi PT. SAI yang berada di Lhoknga, Banda Aceh. LCI mempunyai komitmen untuk memproduksi semen OPC (Ordinary Portland Cement), PCC (Portland Composite Cement), dan PPC (Portland Pozzoland Cement) dengan kualitas standar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan juga Standar Internasional ASTM C-150 dan EN-197 serta persyaratan kualitas lainnya dari pelanggan dalam persaingan pasar semen global.

 

Tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004, telah meluluh lantakkan hampir seluruh wilayah pesisir Aceh. Peristiwa ini telah memakan korban lebih dari ratusan ribu jiwa dan ribuan orang telah kehilangan keluarga, saudara, bahkan tempat tinggal. Banyak bantuan dari pemerintah Indonesia dan negara lain membantu Aceh untuk bangkit pasca tsunami. Begitu juga dengan PT. Lafarge Cement Indonesia tak luput dari bencana tsunami itu. Hampir sebagian wilayah dari bangunan pabrik telah hancur dihempas kuatnya tsunami dan tak sedikit pula karyawan yang menjadi korban.

 

Pasca tsunami yang telah menghancurkan wilayah pabrik semen ini berlokasi, menghentikan semua kegiatan operasional dalam beberapa bulan. Dengan semangat membangun Aceh pasca tsunami dan melihat peluang dalam pembangunan infrastruktur, semen sangat dibutuhkan dalam melakukan rekonstruktsi dan percepatan pembangunan Aceh. Untuk itu, Lafarge telah melakukan investasi dan pembaharuan pabrik semennya. Sehingga pada tahun 2010, pabrik semen telah beroperasi dan memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen di wilayah Aceh dan sebagain Sumatera Utara.

 

Dalam kunjungannya, Kepala BSN, Bambang Prasetya, mengungkapkan kebanggaanya kepada semangat patriotik perusahaan Lafarge dalam membangun Aceh pasca tsunami. Dengan semen yang berstandar maka akan dihasilkan kualitas yang baik. Rombongan juga diajak untuk berkeliling melihat dokumentasi foto-foto pasca tsunami yang telah menghancurkan sebagian wilayah pabrik ini. Untuk mengenang pekerja yang telah tiada pasca tsunami, Lafarge membangun sebuah monumen yang didalamnya terdapat nama-nama pekerja yang telah menjadi korban tsunami. Sesuai dengan visinya, dengan semangat membangun kehidupan berkelanjutan, Lafarge selalu diingatkan untuk bersemangat dalam membangun Aceh pasca tsunami. (rmy/humas).