Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Bertransformasi Melalui Standar

  • Senin, 07 September 2015
  • 1487 kali

Pelaksanaan kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sudah di depan mata, Indonesia harus mempersiapkan diri mulai dari sekarang, agar mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Menciptakan produk yang memiliki inovasi menjadi nilai tambah dalam menciptakan peluang. Indonesia telah 70 tahun merdeka, dan sudah saatnya Indonesia mampu bertrasformasi untuk lebih cepat dan lebih baik. Hanya standarlah yang mampu menjawab dengan cepat dan dapat merubah perilaku manusia menjadi lebih baik.

 

 

“Standar dapat merubah budaya dari yang susah antri menjadi mau antri hanya dalam beberapa bulan. Karena standar merupakan sesuatu acuan yang pasti.” ujar Bambang Prasetya, Kepala Badan Standardisasi Nasional yang menyempatkan diri dalam kunjungan balasan di PT Gama Multi Mandiri (Gama Multi) di kawasan UGM, Yogyakarta. Hadir pula dalam kesempatan tersebut, M. Afrizal Hernandar, Direktur Utama Gama Multi Group; Bondan Ardiningtyas dan Slamet Sudjarwo, Direksi Swayasa; Adityo Hidayat, Direktur Gamatechno; Novan Hartadi, GM Gamatechno; dan Teguh Prakosa, Kabid Kerjasama Standardisasi Dalam Negeri BSN (7/9/2015).

 

Bambang berpesan, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN diperlukan kesiapan laboratorium. Perbaikan laboratorium mampu mendukung laboratorium atau LSPro yang lain dalam membackup wilayah Yogyakarta khususnya Laboratorium yang dimiliki oleh Gama Multi. Dan agar mampu menjadi fasilitator dalam bekerjasama dengan pemerintah, terutama dalam membina UKM untuk menggratiskan proses sertifikasi yang sudah diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2014, tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

 

 

PT Gama Multi Usaha Mandiri (Gama Multi) adalah perusahaan holding dan investasi yang bergerak diberbagai bidang. Dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada dan mengembangkan unit-unit usaha dan anak-anak perusahaan, yang tergabung dalam Gama Multi Group, untuk mengelola dan meningkatkan nilai sumber daya dan potensi yang ada, baik di UGM maupun dari stakeholder lain, dengan profesional, terpercaya, dan bertanggung jawab.


Afrizal menjelaskan, “Gama Multi didirikan sebagai upaya UGM mewujudkan kemandirian sebagai sebuah Badan Hukum Milik Negara (BHMN)”. Gama Multi bertekad untuk membangun reputasi dan kompetensi sebagai perusahaan holding dan investasi berskala nasional melalui usaha-usaha yang menghasilkan produk terbaik dan layanan prima kepada para konsumen serta pelaksanaan good corporate governance dalam setiap lini usahanya. Saat ini, Gama Multi mempekerjakan kurang lebih 529 karyawan yang tersebar dalam 8 unit usaha dan 5 anak perusahaan. Diantaranya antara lain, university club, gama konsultan, gama multi finance, gama pos & logistic, gama auto service, rumah sakit & apotek UGM, plaza agro gadjah mada, gama giri mandiri, serta anak perusahaannya adalah PT. Radio Swaragama, PT. Gamawisata, PT. Gama Book Store, PT. Gamatechno Indonesia – PT. Aino Indonesia, dan PT. Swayasa Prakarsa.

 

Sejak pendirian dan dalam masa perkembangan, Gama Multi telah memberikan kontribusi finansial maupun non finansial kepada UGM, antara lain melalui management fee pengelolaan jasa keuangan (Reksa Dana Gadjah Mada – pertama di Indonesia) dan peningkatan nilai aset properti maupun ekuitas yang dimiliki oleh UGM. Selain itu, Gama Multi juga berperan sebagai Project Management Center bagi UGM dan memfasilitasi kontribusi aktif civitas akademika UGM dalam pelaksanaan proyek-proyek dengan pihak luar. Sebagai jembatan akses, diharapkan dapat membantu pemberdayaan dan pemanfaatan potensi besar serta hilirisasi produk UGM seluas-luasnya bagi kepentingan semua pihak.

 

 

Salah satu produk penelitian yang terkenal, Bone Graft Gama-CHA, merupakan salah satu dari 12 hasil penelitian yang terpilih untuk dikembangkan ke arah pemanfaatan oleh industri dan masyarakat. Gama-CHA telah mendapatkan sertifikat izin produksi dan izin edar dari Kementerian Kesehatan dan telah mulai diproduksi oleh Swayasa Prakarsa tanggal 30 juni 2014 dalam skala industry. Fasilitas produksi dan produk yang dikembangkan ini adalah pertama kali dan satu-satunya di Indonesia serta telah memenuhi standar Good Manufacturing Practices (GMP).  Bone graft Gama-CHA ini adalah contoh hilirisasi hasil penelitian yang berhasil dikerjakan oleh Indonesia, mulai dari peneliti, perusahaan pembuat, dan distribusinya, sekaligus menjadi bukti bahwa penelitian di Indonesia tidak hanya dilakukan untuk sekedar pengembangan keilmuan, tetapi juga aplikatif.

 

Kedepannya, produk-produk yang telah dikeluarkan maupun dikembangkan oleh Gama Multi ini, dapat dijadikan role model yang bekerja sama oleh Badan Standardisasi Nasional. Dalam hal mempersiapkan standar khususnya Standar Nasional Indonesia (SNI), BSN akan membuat sub komite khusus yang didalamnya terdapat stakeholder terkait dan beberapa anggota komite teknis salah satunya dari Gama Multi dalam mengembangkan SNI baru. Dan untuk membendung produk-produk yang tidak berstandar, pemerintah melalui beberapa kementerian/lembaga berkoordinasi untuk melarang produk-produk yang tidak sesuai dengan standar, baik standar wajib maupun sukarela. Sehingga, dapat mendorong LSPro dan laboratorium di Indonesia untuk lebih produktif dan berdaya saing. (rmy)




­