Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Success Story Para UKM Wilayah Gunung Kidul (Bagian III)

  • Rabu, 25 Februari 2015
  • 1575 kali

Bagian III

Daru batiktancep. Batik With Natural Dyes


Daru batiktancep merupakan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memproduksi kain batik baik tulis maupun printing (cap capan). Sejarah berdirinya UKM ini, bermula dari seleksi PEMUDA PELOPOR tahun 2010 bidang kewirausahaan, yang mewakili Provinsi DI Yogyakarta dan mendapat penghargaan peringkat 3 nasional dengan tema mengangkat /mengembangkan batik tulis warna alam khas tancep Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul Propinsi DIY.

 



Sang pemilik bernama Daru. Ia menamai batiknya “Batik tancep”. Menurut istri Daru bernama Widya, nama tersebut mengambil daerah tempat usahanya daerah Tancep. Batik Tancep, saat ini telah berkembang dan mulai banyak dikenal di berbagai kalangan masyarakat, terutama dinas – dinas pemerintah daerah dan provinsi. Konon kabarnya, Batik motif asli Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini semakin diminati pasar nasional dan internasional, hingga menembus pasar Eropa dan Singapura.

 



"Pegawai Negeri Sipil di Yogyakarta, banyak memakai batik motif Batik Tancep," kata Widya saat menerima kunjungan BSN di tempat usahanya. Untuk lingkup nasional, pemasaran terbanyak di Yogyakarta dan Jakarta. Asisten Walikota Jakarta Timur bahkan pernah berkunjung ke tempat usahanya dan mempercayakan desain batik Pemda Jakarta Timur dengan mengangkat tema khas Jakarta seperti motif ondel-ondel, monas, rumah adat betawi dan alat musik tanjidor.

Daru batiktancep sendiri mengusung tema dasar Batik with Natural Dyes". Berdiri baru 5 tahun lalu dengan memperkerjakan sekitar 30 orang. Menurut Widya, dari sejumlah tenaga kerja tersebut,  dia memiliki seorang designer yang merancang beberapa motif batik yang akan diproduksinya. Adapun untuk mengecek kualitas produk yang dihasilkan, dilakukannya sendiri beserta Daru sang suami. 

 



Proses pembuatan batik  dilakukan secara manual dengan menggunakan pewarna dari bahan alam yang lebih ramah lingkungan. Bahan-bahan tersebut berupa kulit akar mengkudu, akasia, daun mahoni, biji jalawe, tunjung, dan lain sebagainya. Dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan itu pula, kain batik tulis Tancep ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik baju, kebaya, taplak meja, gorden, sarung bantal, maupun sarung guling. Oleh karenanya, “batik tancep” ini memiliki kualitas bagus serta memiliki corak yang khas.

 



Batik Tancep sendiri memiliki beragam motif seperti diantaranya motif babon angrem, bokor mas, gajah birowo, sekar jagad, ganggeng, galaran prahu, dan sekar kanthil. Yang sering dipesan oleh Pemerintah Daerah motif “walang” (belalang). Batik dibuat dari beberapa bahan khusus seperti mori sanforized dan primisima. Untuk bahan baku malam dan gondorukem, biasa belinya di Solo.

 



Menurut Widya, usahanya melibatkan banyak tenaga kerja yang tinggal di daerah sekitar sehingga cenderung menghidupkan home industri. ”Banyak yang mengambil bahan dan kelengkapan untuk membatik, kemudian dikerjakan di rumah masing-masing,” ungkap Widya. Meskipun dikerjakan di rumah orang lain, Widya memastikan bahwa kualitas batik tetap terjaga sesuai standar Batik Tancep. Selain memproduksi batik, Usaha Daru juga menerima pesanan berbagai fashion, t-shirt, seragam SD, SMP, SLTA, maupun JAKET. 

 



Tempat usahanya memang tidak begitu besar. Terdiri dari 2 lantai. Di atas seluas kira kira 150 meter persegi digunakan untuk showroom kain batik produksinya yang sekaligus tempat menerima para tamu/calon pembeli. Sedangkan di lantai bawahnya seluas kira kira 200 meteran, tempat membatik dan menjahit. 

 

Di sekeliling tempat usahanya dibangun pengolah limbah yang merupakan binaan dari Universitas Gajah Mada. Limbah hasil pengerjaan batik, disalurkan melalui beberapa tempat penampungan hingga terpisah air dan limbah. Aliran pengolah limbah dibuat seperti parit kecil, berkeliling mengitari tempat usaha. 


Widya beserta Daru memang berupaya terus mengembangkan usahanya dengan mengembangkan berbagai motif batik. Sebagai UKM, ia berharap pada pemerintah agar dapat memberikan perhatian terhadap usahanya dengan memberikan bantuan baik alat maupun bimbingan dalam mempertahankan kualitas dan maupun keberterimaan produknya di pasar.

 

 

Di akhir kunjungan ke Daru Batiktancep, BSN memberikan buku berjudul "Sistem Manajemen Mutu SNI ISO 9001:2008 Penerapan pada Usaha Kecil dan Menengah" terbitan BSN. BSN berharap, buku ini dapat membantu Daru Batiktancep untuk menerapkan SNI ISO 9001:2008 agar produk yang dihasilkan terus terjaga kualitasnya dan semakin berdaya saing. (dnw/nda – humas)