Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kunjungan Kepala BSN Ke Industri Di Bali

  • Selasa, 25 November 2014
  • 2567 kali

Usai menghadiri pembukaan sidang Codex Committee on Nutrition and Foods for Special Dietary Uses (CCNFDU) ke-39 di Hotel Discovery Kartika Plaza, Bali, Kepala BSN, Bambang Prasetya didampingi oleh Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN Kukuh S. Achmad, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi BSN Suprapto, dan Kepala Pusat Sistem Penerapan Standar BSN, Zakiyah, melakukan kunjungan ke industri di Bali yang berhubungan tentang pangan. Industri tersebut adalah PT. Bandar Nelayan dan Kulinair Food Solution (24/11/2014).

 




PT. Bandar Nelayan berlokasi di Benoa, Bali, bergerak dalam bidang pengolahan ikan. Produk yang dihasilkan antara lain ikan segar, ikan beku, dan ikan tuna fillet. Perusahaan ini memiliki pengalaman yang tinggi dari turun temurun oleh keluarganya dan hingga saat ini telah mengoperasikan lebih dari 85 kapal, menggunakan metode longline untuk menangkap ikan di laut dengan kualitas yang baik.

 



Dengan menjaga kualitas mutu produknya, perusahaan ini telah menerapkan sistem mutu yang sesuai dengan standar serta menggunakan mesin dengan teknologi yang terbaik. Sehingga produknya dapat memenuhi persyaratan untuk diekspor ke beberapa negara antara lain Jepang dan Uni Eropa.

 



Selama ini ada beberapa kendala dan keluhan yang dihadapi, mulai dari hilangnya ikan lemuru di perairan sekitar Bali sehingga harus mengimpor, ditolaknya produk ekspor oleh beberapa negara, hingga isu salmonella. Dengan adanya bimbingan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali melalui penerapan sistem HACCP dalam industri pangan, yaitu dalam meningkatkan kemanan pangan (food safety), pengujian pada produk akhir (end product inspection) sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen, tindakan pencegahan (preventive measure), pengawasan selama proses (in process inspection), dan pengawasan mutu secara mandiri (self regulatory quality control).

 



Kepala BSN, memberikan masukan untuk menggunakan teknologi yang mampu mendeteksi keberadaan fitoplankton. Teknologi ini merupakan teknologi penginderaan jauh atau remote sensing dari LAPAN, suatu teknologi yang telah banyak digunakan negara-negara maju, seperti armada perikanan Jepang, untuk pengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan mereka. Selain pengalaman ABK di laut, penggunaan iptek ini mampu meningkatkan produktivitas hasil laut.

 

 

Kunjungan berikutnya adalah Kulinair Food Solution yang tak jauh dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Kulinair Food Solutions merupakan sebuah perusahaan kerjasama operasi antara Angkasa Pura Hotel dan Cardig Aero Services sejak 25 Oktober 2013. Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi 3.500 meals per hari dengan jumlah karyawan sekitar 143 orang. 

 



Selain telah mendapatkan sertifikat Halal dari MUI, perusahaan ini telah mendapatkan sertifikat ISO 22000 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Pangan dengan persyaratan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) serta menerapkan MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk pengendalian bahan kimia berbahaya (B3).

 

 

Dalam kunjungan kali ini, Kepala BSN, Bambang Prasetya menekankan pentingnya sertifikat halal ini untuk menjamin mutu dan kualitas atas produk tersebut sehingga dapat diterima oleh konsumen. Dan dengan adanya UU No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian ini, produk-produk yang telah disertifikasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) dapat pengakuan dari internasional yang artinya produk tersebut dapat diterima di luar negeri.

 

 

Tujuan dari Badan Standardisasi Nasional ke industri di Bali ini untuk mendapatkan feedback dari lapangan terkait proses produksi dan untuk memfasilitasi usaha dari perusahaan. Sehingga pemerintah dapat memperkuat pelayanan agar mencapai kepuasan oleh stakeholder. (rmy/nda)