Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Kepala BSN : Tanggung Jawab Sosial Penting untuk Keberlangsungan suatu Organisasi

  • Selasa, 26 Agustus 2014
  • 1357 kali

Badan Standardisasi Nasional (BSN) bekerjasama dengan Corporate Forum for Community Development (CFCD) menyelenggarakan Temu Forum Corporate Social Responsibility (CSR) ke-37 di Hotel Bidakara, Jakarta pada Senin ( 25/08/2014). Acara dibuka oleh Kepala BSN, Prof. Dr. Bambang Prasetya.

 

 

Seperti diketahui, CFCD merupakan  wadah sharing antar para pelaku CSR perusahan/lembaga yang bertujuan untuk memperkuat jaringan antar pemangku kepentingan. Adapun, Round Table Discussion adalah program Temu Forum CSR yang dilaksanakan secara rutin 3 bulan 1 kali oleh CFCD.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala BSN menyampaikan apresiasinya kepada CFCD atas partisipasi aktifnya dalam kegiatan Standardisasi di Indonesia. Apalagi, terkait permasalahan tanggung jawab sosial. 

Menurut Bambang, isu SR sangat penting dan strategis dimana pemerintah saat ini telah mengatur masalah tanggung jawab sosial dalam UU di Indonesia. Di tingkat internasional, ISO - International Organization for Standardization (ISO) telah mengeluarkan publikasi ISO 26000, Guidance on Social Responsibility yang merupakan hasil dari Working Group (WG) di bawah Technical Management Board (TMB). Adapun tambahnya, pedoman ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perdagangan karena masalah tanggung jawab sosial menjadi salah satu fokus utama yang menjadi perhatian nasional maupun internasional dan sering dipersyaratkan dalam transaksi perdagangan. 

Selain itu, Kepala BSN mengutarakan sejak pembentukan WG di ISO maka BSN membentuk National Mirrror Committee (NMC) untuk dapat mengikuti perkembangan SR di tingkat internasional dan membawa kepentingan nasional di dalamnya. BSN memberikan dukungan dan fasilitasi pembahasan standar internasional tersebut sampai dengan terpublikasinya standar ISO 26000. BSN juga membentuk Panitia Teknis SR yang saat ini sedang melakukan proses terjemahan SNI ISO 26000 : 2013, serta mendukung kegiatan Post Publication Organization (PPO) yang merupakan organisasi yang dibentuk Technical Management Board (TMB) untuk mengawal implementasi ISO 26000, yang merupakan pedoman tentang pemahaman bahwa tanggung jawab sosial adalah sangat penting untuk keberlangsungan suatu organisasi. 

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang terbagi dalam dua sesi. Pada sesi pertama menghadirkan narasumber Direktur CSR PT. Semen Indonesia, Wahjudi Heru P dan Direktur Utama PT. BT Cocoa, Sindra Wijaya dengan topik “Nominee SNI Award CSR Best Practice” yang dimoderatori oleh Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN, Kukuh S. Ahmad. Pada sesi kedua menghadirkan narasumber anggota PPO Stakeholder Advisory Group (SAG) dari Indonesia, Suharman Noerman dan PPO National Standards Body Information Network (NIN) yang juga selaku Kepala Pusat Kerjasama Standardisasi BSN, Erniningsih dengan topik “Update Perkembangan Implementasi ISO 26000 Merujuk Hasil Pertemuan di Paris” yang dimoderatori oleh Akmal Azis, CFCD.

 


Dalam presentasi PT. Semen Indonesia yang juga merupakan Nominee SNI Award disampaikan bahwa  kebijakan pengelolaan perusahaan PT. Semen Indonesia diarahkan pada perencanaan jangka panjang SMIG yakni senantiasa berorientasi pada pertumbuhan profit, pengembangan lingkungan yang bersih dan sehat, serta kesejahteraan masyarakat, terutama disekitar pabrik dengan harmonisasi 3 P yaitu Profit, People & Planet.

Adapun Wahjudi mengungkapkan pilar program CSR SGI terbagi dalam 4 yaitu Si Cerdas (bidang pendidikan), Si Prima (produk dan layanan), Si Lestari (bidang lingkungan), dan Si Peduli (sosial ekonomi). Sebagai contoh, Si Prima. Program tersebut diantaranya adalah Perumahan yang terjangkau dan berkelanjutan, serta inovasi produk turunan semen yang berkelanjutan.

Sementara PT. BT. Cocoa yang merupakan Nominee SNI Award menyampaikan sasaran CSR di PT. BT Cocoa yakni masyarakat sekitar, petani kakao, serta masyarakat umum. Untuk masyarakat sekitar PT. BT. Cocoa diantaranya melakukan pelebaran jalan,  perbaikan saluran air dan trotoar, serta pembangunan masjid. Untuk CSR petani kakao dilakukan kemitraan dengan petani di Sulawesi Selatan, Bali, Jawa Timur, dan lain sebagainya dengan mengadakan training untuk tingkatkan mutukakao dan trading kakao; memberikan tenaga pendampingan untuk kelompok petani; serta program BT-Care. Untuk masyarakat umum, perusahaan ini diantaranya melakukan training mengolah cokelat di BT Chocolate Academy, bantuan bibit kakao untuk Vihara di Bali, dan bantuan 1.000 pohon untuk lingkungan di Tangerang.

Pada sesi selanjutnya, Erniningsih mempresentasikan mengenai “ISO 26000 Post Publication Organization (PPO)”. Erniningsih mengungkapkan bahwa ISO 26000 bukan merupakan standar yang memuat persyaratan teknis, namun sebagai suatu pedoman sehingga tidak ditujukan untuk sertifikasi. Publikasi ini adalah pedoman tentang tata cara perusahaan untuk menerapkan 7 core business yang ada.

 

 

Terkait PPO, Erniningsih menjelaskan mengenai tugas PPO. Diantaranya menilai dan memberi masukan kepada ISO/TMB tentang pengajuan revisi ISO 26000; memberi masukan ISO/CS atas permintaan interpretasi ISO 26000 dari NSB; memberi masukan ISO/CS terkait kegiatan promosi, komunikasi dan pelatihan; mengumpulkan informasi untuk mengidentifikasi good dan bad practices dalam mengimplementasikan ISO 26000, dan melaporkannya ke ISO/CS; serta meninjau dan menilai hasil systematic review dan memberikan masukan ISO/TMB.

Melalui Temu Forum Corporate Social Responsibility (CSR) diharapkan dapat menjadi ajang untuk konsolidasi para penerap SNI ISO 26000, yang dapat dimanfaatkan untuk media pembelajaran maupun sharing best practice penerapan SNI ISO 26000.

 



Acara yang dihadiri kurang lebih 40 orang yang terdiri dari BUMN, Perguruan Tinggi/LSM/Assosiasi, Instansi Kementerian/pemerintah dan lintas sektoral lainnya, Pengamat CSR & Community Development serta para industri ini juga dihadiri oleh Ketua Umum CFCD, Dr. Suwandi. (nda)




­