Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Indonesia akan Tingkatkan Statusnya dari O menjadi P Member dalam ISO TC 45 SC 1

  • Jumat, 22 Agustus 2014
  • 1574 kali

Pertemuan ke 19 ASEAN Consultative Committee Standards and Quality – Rubber Based Product Working Group (ACCSQ-RBPWG) telah berlangsung tanggal 19-21 Agustus 2014 di Hotel Mercure, Nusa Dua, Bali.  Pertemuan tersebut diawali dengan Pertemuan ke-10 Task Force on RBPWG pada tanggal 19 Agustus 2014 yang dipimpin oleh Toeti Rahajoe, Direktur Industri Kimia HIlir – Kementerian Perindustrian didampingi oleh Chan Sopha dari Kamboja sebagai Co-Chair dan   dari Sekretariat ASEAN.  Seluruh negara anggota ASEAN kecuali Brunei Darussalam dan Singapore hadir dalam pertemuan ini. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Tony Sinambela (Kepala Pusat  Standardisasi – Kementerian Perindustrian) dan dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Perindustrian (Pusat Standardisasi dan Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik-BBKKP), Kementerian Perdagangan (Direktorat Standardisasi dan Direktorat Kerjasama ASEAN), Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang diwakili oleh Kepala Pusat Perumusan Standar, Kepala Bidang Kimia dan Pertambangan serta Kepala Bidang Kerjasama Standardisasi Internasional.

 





Dalam Pertemuan ini, beberapa point penting yang dibahas secara mendalam meliputi harmonisasi standar di negara-negara anggota ASEAN seperti harmonisasi standar ISO dan harmonisasi standar untuk produk-produk tertentu seperti dot bayi, bantalan jembatan, bantalan penahan gempa, busa lateks karet alam, rubber rings dan rubber joints. Selain itu juga tentang usulan beberapa standar Thailand antara lain tegel karet, sarung tangan karet untuk keperluan rumah tangga, ban solid untuk forklift, untuk diharmonisasikan di tingkat ASEAN.


Dalam Pertemuan ini, Indonesia menyampaikan perkembangan harmonisasi 46 standar ISO. Secara khusus juga dibahas mengenai harmonisasi ISO 2928, Rubber hoses and hose assemblies for liquefied petroleum gas (LPG) in the liquid or gaseous phase and natural gas up to 25 bar (2,5 MPa) – Specification dengan 5 tipe produk selang karet dikaitkan dengan SNI 7213 : 2014, Selang karet untuk kompor gas LPG dikarenakan terdapat kesamaan cakupan produk namun terdapat perbedaan spesifikasi mengingat SNI 7213 diberlakukan khusus untuk selang kompor gas LPG. Untuk itu disepakati bahwa anggota ASEAN akan mengharmonisasi ISO 2928 namun Indonesia masih menggunakan SNI 7213-2014 untuk kepentingan regulasinya. Indonesia mempertimbangkan untuk meningkatkan statusnya di ISO TC 45 SC 1 dari Observer Member menjadi Participant Member untuk memperjuangkan SNI 7213 menjadi standar ISO, pada saat ISO melakukan kaji ulang terhadap ISO 2928:2003.


Thailand mengusulkan standar untuk dot bayi yang belum ada standar ISO untuk dapat diharmonisasi di tingkat ASEAN.  AMS sepakat untuk menyampaikan posisinya terhadap usulan Thailand ini pada akhir Desember 2014.


Dalam pengembangan standar ISO, secara khusus dibahas posisi ASEAN terhadap perbandingan metode uji seperti ICP/AES dengan AAS, ISO 5945 dan ISO 8054 tentang penentuan kandungan polyisoprene, dan kandungan nitrogen.  Anggota ASEAN memandang perlunya setiap anggota untuk mendalami terlebih dahulu metode uji tersebut sebelum menyepakati harmonisasi standarnya.

Dalam Pertemuan Task Force ini juga dibahas mengenai rencana pembentukan ASEAN Rubber Reference Laboratory (ARRL) yang dokumennya disiapkan oleh Thailand serta mengacu kepada ASEAN Food Reference Laboratory (AFRL).  AMS setuju untuk melanjutkan ARRL sebagai salah satu program kerja Task Force RBPWG dan meminta bantuan teknik dari European Union ARISE (EU-ARISE) untuk pengembangan ARRL.

 




Pertemuan Task Force RBPWG dilanjutkan dengan Pertemuan ke-19 RBPWG tanggal 20-21 Agustus 2014 yang dibuka oleh Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur – Kementerian Perindustrian. Dalam Pertemuan ini dibahas mengenai perkembangan integrasi ASEAN dan perkembangan pelaksanaan program kerja RBPWG. Sebagaimana PWG lainnya, perkembangan persiapan RBPWG menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dimonitor melalui forum ACCSQ dan AEM. Disadari bahwa implementasi AEC 2015 sudah semakin mendekat dan khusus untuk RBPWG masih tersisa dua kali pertemuan untuk finalisasi.  Selain berbagai kegiatan yang telah dibahas dalam Task Force RBPWG, AMS juga mengusulkan berbagai kegiatan seperti usulan Malaysia untuk membuat sistem informasi yang memuat directory data-base of Rubber and Rubber-Based Products, standar yang disetujui untuk diharmonisasikan di tingkat ASEAN,  serta daftar asosiasi karet dan lab uji terakreditasi..  AMS menyepakati untuk mendalami usulan tersebut karena terkait dengan partisipasi stakeholder di negaranya masing-masing termasuk lab uji terakreditasi baik milik pemerintah maupun swasta. Dalam Pertemuan ini, Indonesia (BPPT) mempresentasikan mengenai Sistem Informasi Karet Nasional (SIKANAS) yang bekerjasama dengan Dewan Karet Indonesia (DEKARINDO) dalam rangka mengembangkan industri karet di Indonesia yang diharapkan dapat dikembangkan di kawasan ASEAN.


ASEAN menjadi Project Leaders untuk revisi ISO (ISO 35 MST oleh Malaysia, ISO 247 Dirt Content oleh Malaysia, ISO 11852- Mg content oleh Malaysia, ISO 1344 oleh Malaysia) serta NWIP untuk household glove dan rubber thread, oleh Thailand.  Posisi sebagai Project Leaders merupakan peran aktif ASEAN dalam pengembangan standar internasional.


Pertemuan ke-20 ACCSQ – RBPWG akan dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di Malaysia dimana direncanakan akan dilakukan sosialisasi mengenai implementasi Mutual Recognition Arrangement (MRA) dan Pertemuan ke-21 di Filipina pada bulan Agustus atau September 2015.  (ins/ep/aup)




­