Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Olimpiade Standar: Cara Korea Mendidik Generasi Muda Melek Standar

  • Kamis, 24 Juli 2014
  • 10275 kali

Dalam kaca mata sejarah Indonesia dan Korea adalah negara yang lahir atau merdeka hampir bersamaan setelah Perang Dunia ke-2. Jika Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, maka Korea merdeka (sering disebut “Gwangbokjeol” atau Restoration of Light Day) pada tanggal 15 Agustus 1948. Bahkan Korea lebih parah lagi karena didera perang saudara sampai 1953 sehingga pecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara. Jika diibaratkan lomba lari maka Indonesia dan Korea start digaris yang sama.

 

Namun kini, kondisinya berbeda jauh. Setelah didera perang saudara, ekonomi Korea tumbuh dan “berlari” sangat cepat. Korea menjelma menjadi negara dengan industrialisasi terbesar di dunia. Jika pada tahun 1960, Korea lebih miskin dari Indonesia, Produk Domestik Bruto (PDB, GDP – Gross Domestic Product) Korea berada di angka 3.9 Milyar Dollar AS (Indonesia tahun 1967 PDB di 5.9 Milyar Dollar AS). Tahun 2014, GDP Korea mencapai 1304.55 Milyar Dollar AS (urutan 15 dunia), Indonesia sendiri berada di 868.35 Milyar Dollar AS (urutan 17 dunia). Bahkan nilai total dari perdagangan internasional Korea mencapai 1271,1 Milyar Dollar AS (urutan 9 dunia), Indonesia sendiri berada di 377.5 Milyar Dollar AS.

 

Korea telah mengadopsi kebijakan pembangunan ekonomi berorientasi ekspor dengan produk manufaktur bernilai tambah tinggi, seperti alat-alat berat, kimia, baja, produk elektronika, produk teknologi informasi dan komunikasi. Produk ekspor tersebut didukung penuh oleh infrastruktur standardisasi, penilaian kesesuaian dan metrology (pengukuran) yang memadai. Tahun 2011 saja Korea telah menghasilkan 23.923 Korean Standards (15.365 standar harmonis dengan standar ISO, IEC). Bahkan Korea sedang berupaya keras untuk memimpin standardisasi di tingkat internasional. Di ISO (International Organization for Standardization), Korea aktif menjadi P(Participant)-Member di 709 TC (Technical Committee), 65 diantaranya dipimpin oleh Korea. Di IEC (International Electro-technical Commission), Korea menjadi P-Member di 174 TC, 5 diantaranya diketuai oleh Korea. Di tahun 2007-2005, Korea telah mengusulkan 226 NWIP (New Work Item Proposal) untuk standar ISO dan IEC yang mengakomodasi teknologi Korea. Kegiatan Standardisasi di Korea dikoordinasikan oleh KATS (Korean Agency for Technology and Standards) dibawah Ministry of Knowledge Economy (MKE). KATS didukung oleh 4.493 pakar yang tergabung dalam 370 panitia teknis standar.

Kunci mengapa Korea memimpin di bidang standardisasi adalah pengembangan Sumber Daya Manusia. Hal ini setidaknya tercermin dalam 4 dari 56 halaman National Standards Master Plan adalah membahas mengenai pengembangan SDM melalui pendidikan standardisasi. Selain itu, Korea juga telah menyusun Roadmap of Life-long learning system in standards. Roadmap ini berisi 3 W + 1 H, yaitu Why, Who (target), What (Konten), dan How (metodologinya). Yang menjadi target adalah dari pendidikan dasar sampai tinggi yang berisi learn to know dan pendidikan professional yang berorientasi learn to do.

Salah satu tahapan roadmapnya adalah Standards Olympiad (Olimpiade Standar) dimana Indonesia diundang turut serta dalam kompetisi ini. Standards Olympiad ditujukan bagi usia remaja (13-18 tahun) atau siswa sekolah menengah pertama (middle school) dan sekolah menengah atas (high school). Korea berpendapat bahwa pengetahuan dasar atau fundamental tentang standard an standardisasi perlu dikuasai oleh remaja karena mereka yang nantinya akan menentukan daya saing dan dominasi Korea di era globalisasi. Menurut Korea usia remaja lebih efektif untuk dididik standar dan standardisasi daripada usia dewasa. Salah satu cara yang ditempuh agar remaja “melek” standar adalah dengan kompetisi Standards Olympiad.

 

Olimpiade Standar ini sudah diselenggarakan sejak tahun 2006 dan sampai tahun 2013 sudah diikuti oleh 2107 siswa sekolah menengah di Korea. Untuk tahun 2014, Olimpiade Standar ditingkatkan levelnya menjadi level internasional. Indonesia bersama Malaysia mendapat penghargaan sebagai negara pertama yang akan mengikuti Olimpiade Standar yang akan diselenggarakan di Anseong, Korea, 11-12 Agustus 2014 nanti. Indonesia mengirimkan dua tim, yaitu dari SMAK Petra 1 Surabaya dan SMAK St. Louis 1 Surabaya.


Keseriusan Korea dalam Olimpiade standar ini ditunjukan dengan penghargaan bagi pemenang, yaitu penghargaan dari Perdana Menteri Korea bagi muridnya dan penghargaan dari Minister of Trade, Industry and Energy bagi guru pendampingnya. Kompetisi ini dibagi dalam dua babak, yaitu babak penyisihan dan babak final.

 

Di babak penyisihan tiap tim diminta untuk menulis essai 3-4 halaman tentang tentang ketidaknyamanan hidup jika tanpa standar dan solusi mengatasinya Terdapat lima kategori yang ditetapkan oleh panitia, yaitu Standards for Handicapped and the Old, Service Standards, Health and Safety-related Standards,Energy and Environment-related Standards, Securing Interoperability. Penulisan essai ini bertujuan untuk membuka kesadaran dan kepekaan bahwa hidup tanpa standar hanya akan menimbulkan ketidaknyamanan, kekacauan bahkan risiko bahaya serta standar adalah solusi dari ketidaknyamanan tersebut dan standar bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.


Essai akan dinilai dengan 4 kriteria, yaitu pemahaman tentang standar (20), logika (30), orisinalitas (30), dan fisibilitas (20). Dari babak penyisihan akan dipilih 60 tim (30 SMP, 30 SMA) yang layak melaju di babak final. Untuk peserta dari luar Korea, babak penyisihan diserahkan ke masing-masing koordinator (BSN) dengan format yang mirip. Khusus untuk BSN diperbolehkan untuk melakukan seleksi, yaitu pemenang dari Industrial Games yang diselenggarakan UBAYA (bekerjasama dengan BSN). Materi di Babak Penyisihan, BSN gunakan untuk pembekalan bagi kedua Tim dari Indonesia.

Di babak Final, Tim dari Indonesia akan berkompetisi dengan 30 tim SMA dari Korea, dan 1-2 tim SMA dari Malaysia. Semua tim finalis harus menyelesaikan 2 tugas, yaitu pertama membuat model alat atau produk beserta dokumen portofolio (gambar rancang bangun, rencana standardisasi atau spesifikasi teknis) dan kedua mempresentasikan di hadapan juri dalam waktu 5 menit.


Untuk tugas pertama Tim diberi waktu selama 8 jam untuk membuat model alat atau produk beserta dokumen portofolio (gambar rancang bangun, rencana standardisasi atau spesifikasi teknis). Jenis alat atau produknya diberikan langsung di tempat (on site) dan tidak diinformasikan sebelumnya. Penilaian untuk model alat atau produk berdasarkan fungsionalitas (efisiensi dan efektifitas, keamanan dan kenyaman saat digunakan), Kreatifitas (Akurasi, Presisi dan Orisinalitas), dan Fisibilitas (nilai ekonomi). Penilaian Portofolio didasarkan pada keakuratan dan detail pengukuran dari gambar rancang bangun, rasionalisasi dan fisibilitas dari rencana standardisasi (dilengkapi dengan alasan), baik model alat/produk maupun komponennya.

Keseriusan juga ditunjukan oleh Korea dengan dijadikannya ide dan hasil karya peserta Olimpiade Standar sebagai salah satu referensi bagi kebijakan nasional pengembangan standar Korea (di Indonesia PNPS). Sebagai contoh, yaitu 2 hasil karya atau ide dari Olimpiade Standar diadopsi sebagai proyek utama standar nasional Korea tahun 2009, yaitu standar untuk keypad (papan ketik) telepon selular dan standar untuk tingkat kepedasan.


Kemajuan dan Keseriusan Korea jangan malah membuat minder apalagi takut, harusnya dapat dijadikan motivasi bahwa Indonesia bisa lebih hebat dari Korea. Teringat dengan Cerita Prof. Hermawan K. Dipojono, Guru Besar ITB ilmu Rancang Bangun Material Komputasional, anggota KSNSU (Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukur) saat memperingat Hari Metrologi Dunia 2013 di Jakarta. Hermawan bercerita bahwa pernah suatu waktu berkunjung ke Korea dia bertanya kepada temannya seorang Doktor ilmu ukur (metrologi) Mengapa Korea bisa begitu maju bahkan sangat berambisi untuk dapat mengalahkan Jepang.

 

Dijawab oleh temannya bahwa Korea bisa begitu maju bahkan sangat berambisi untuk dapat mengalahkan Jepang adalah salah satunya disebabkan oleh keyakinan masyarakat Korea bahwa budaya Korea lebih tua daripada budaya Jepang. Hermawan seakan tidak percaya dan lanjut bertanya mengenai bukti bahwa budaya Korea lebih tua dengan Jepang. Akhirnya sang professor ini dibawa dan di antar oleh teman Korea-nya ke sebuah kuburan. Dijelaskannya bahwa kuburan itu adalah kuburan leluhur dari bangsa Korea yang menurut bukti sejarah lebih tua dari bangsa Jepang. Kuburan ini menjadi inspirasi bagi kami masyarakat Korea bahwa kami harus bangkit, maju dan lebih hebat dari Jepang.

Dari cerita ini Hermawan berpesan bahwa jika kuburan saja bisa membuat orang Korea begitu bersemangat untuk maju dan mengalahkan Jepang harusnya bangsa Indonesia bisa lebih hebat lagi karena nenek moyang kita dapat membuat mahakarya, seperti Borobudur, perahu Pinisi yang telah menaklukkan tujuh samudera dunia, Keris (produk budaya berteknologi metalurgi tinggi), dan masih banyak lagi. Hermawan berkeyakinan bahwa Indonesia dapat mengalahkan Korea. Let us Beat Korea!! tutup Hermawan mengakhiri presentasinya. (Har)