Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

BSN tandatangani MoU dengan FlipMas : Membangun sinergi antara penelitian, pengabdian masyarakat dan standardisasi

  • Senin, 03 Maret 2014
  • 1287 kali

 

Badan Standardisasi Nasional (BSN) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Forum Layanan Iptek Masyarakat (FlipMas) di Bali (28/02/2014). Penandatanganan dilakukan oleh Kepala BSN, Prof. Bambang Prasetya dengan Ketua FlipMas Indonesia Prof. Sundani Nurono Soewandhi. FlipMas merupakan forum organisasi profesi yang merupakan pusat sinergisme Program Pengabdian Masyarakat (PPM) Perguruan Tinggi.

 

Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk mendukung peningkatan daya saing produk nasional dan saling memanfaatkan kemampuan dan sumber daya kedua belah pihak. FlipMas berkeinginan untuk membantu BSN dalam mensosialisasikan/memasyarakatkan pengembangan Standar nasional Indonesia (SNI) atau standardisasi secara umum melalui civitas akademika.

 

Di hadapan awak media sebelum acara penandatangan dilakukan, Prof. Bambang mengatakan BSN melihat momentum penandatangan ini sebagai rintisan kegiatan yang sangat baik yang dilakukan oleh orang-orang yang bagus, dimana FlipMas mewakili Akademisi, Pertamina sebagai unit Bisnis, dan BSN sebagai pemerintah. Wakil Rektor IV Universitas Mahasaraswati Denpasar Dr. Nyoman Utari Vipriyanti juga menyambut baik MoU antara BSN dengan FlipMas. Menurutnya, universitas membutuhkan kerjasama dalam mensinergikan antara kegiatan penelitian dengan kegiatan pengabdian masyarakat, yang sementara ini kerjasama baru dilakukan dengan FlipMas. Universitas merasa beruntung karena ternyata Flipmas mempunyai jejaring yang luas dengan pertamina dan BSN.

 

Penandatangan Nota Kesepahaman antara BSN dengan FlipMas itu dilakukan pada acara Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sebagai Aktualisasi Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pada acara ini, terkumpul 173 judul penelitian  dan 103  judul kegiatan pengabdian. Menurut Utari, FlipMas sebenarnya merupakan komunitas pengabdian masyarakat. Namun, universitas ingin merangkul tidak hanya pengabdi masyarakat tetapi juga peneliti sehingga hasil penelitian bisa diabdikan langsung untuk mensejahterakan masyarakat.

 

Prof. Sundani juga memandang hal yang sama bahwa pengabdian masyarakat pada hakekatnya adalah mengaplikasikan hasil-hasil riset untuk kesejahteraan masyarakat. Prof. Sundani kemudian bertemu dengan Pertamina yang ternyata memiliki misi yang sama yakni mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat.

 

Kerjasama yang dibangun oleh 3 pihak ini, menurut Prof. Bambang, akan membuka celah pintu masuk untuk memperkuat UKM/IKM terutama di daerah terpencil di Indonesia. Agenda nasional yang paling dekat ini, lanjut Prof. Bambang, adalah menyambut pasar bebas ASEAN, dimana kekhawatiran atas kemungkinan dampak negatif dari situasi tersebut justru ada pada ketidaksiapan UKM/IKM yang berjumlah 53 juta UKM di seluruh Indonesia.

 

Menurut Prof. Bambang, ini bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan kekompakan dan kerjasama semua sektor dan komponen bangsa termasuk FlipMas, Universitas Mahasaraswati dan Pertamina. Di sini, peran BSN adalah menyelaraskan kebutuhan masyarakat dengan ketersediaan standar yang akan digunakan. Harapan BSN melalui penerapan standar adalah daya saing UKM/IKM bisa terangkat sehingga tidak ada lagi produk impor yang bisa berjaya di pasar dalam negeri.

 

Selain penguatan UKM, Prof. Bambang memandang bahwa daerah terutama daerah terpencil perlu didorong kemandirian lokal dan pengembangan potensi wilayahnya agar siap menghadapi pasar bebas. Untuk Bali, BSN mendorong agar Bali dapat mengembangkan standardisasi di bidang jasa pariwisata. Banyak produk unggulan di Bali yang sudah terkenal di internasional. Bali Spa, misalnya. Di Moskow, Bali Spa sudah dikenal. Namun sayangnya, belum ada standar yang dikembangkan untuk spa.

 

Untuk itu, tepatlah jika universitas –melalui kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakatnya, sudah harus mulai pro aktif mengembangkan standar untuk produk-produk unggulan daerah. Tidak adanya standar yang bisa diterapkan, berpotensi produkpun tidak bisa berkembang dengan optimal. Seperti halnya jasa spa tadi. (dnw)




­