Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

SIARAN PERS : BSN Berikan Penghargaan kepada Empat Tokoh Standardisasi Indonesia

  • Jumat, 18 Oktober 2013
  • 3199 kali

Badan Standardisasi Nasional (BSN) memberikan penghargaan kepada empat Tokoh Standardisasi Indonesia di Ruang Cenderawasih, Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/10), yang konsisten menyuarakan pentingnya standar dan mutu produk di Indonesia, terutama dalam menghadapi era kawasan perdagangan bebas (free trade area/FTA).

 

Keempat Tokoh Standardisasi Indonesia tersebut, yakni Kategori Perintis, Presiden RI ke-3 , BJ Habibie, Kategori Aparatur Pemerintah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Kategori Akademisi, FG Winarno, dan Kategori Industriawan, Komisaris Utama PT Panasonic Gobel Indonesia Rachmat Gobel.

 

Pemberian penghargaan kepada Habibie dikarenakan perintis utama standardisasi di Indonesia. Hatta, karena kegigihannya mendorong Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai acuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dan kualitas kehidupan bangsa. Pakar teknologi pangan, Florentius Gregorius Winarno dianggap berhasil mendorong sejumlah produk pangan Indonesia, seperti mie instan, untuk memiliki standar di tingkat nasional dan internasional. 

 

Sementara, Rachmat Gobel tak lepas dari jasanya mendorong produk elektronik dengan SNI di pasar nasional dan global.

 

Kepala BSN, Bambang Prasetya mengatakan Penghargaan Tokoh Standardisasi Indonesia adalah kali pertama diberikan oleh BSN dalam rangkaian Bulan Mutu Nasional 2013. Menurutnya, dengan adanya pasar global, tanpa standar produk lokal tidak dapat berdaya saing dalam pasar internasional.

 

Oleh karena itu, Indonesia diharapkan lebih berperan aktif dalam penyusunan standar internasional sebagai upaya meningkatkan daya saing produk dalam negeri di pasar. Apalagi, kata dia, partisipasi dan perjuangan di forum standar internasional sangat diperlukan untuk memperkuat kepentingan nasional. "Indonesia harus meningkatkan dari posisi aktif menjadi agresif pada organisasi standar internasional," katanya.

 

Menurut Bambang, keberhasilan suatu negara seperti Jerman menembus pasar baru bukan karena penjualan lisensi, melainkan karena kecepatan mengikuti tren standar. Oleh karena itu, kata dia, agar proses inovasi lebih cepat mencapai sasaran, para inovator selain mendapatkan perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI), mereka diharapkan juga berpartisipasi dalam upaya pemenuhan standar, pengembangan standar baru, dan memodifikasi standar yang lama sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pasar. Selain itu, mereka juga perlu berperan aktif dalam penyusunan standar internasional.

 

Hal senada disampaikan Hatta Rajasa. Dia mengatakan, produk-produk Indonesia harus meningkatkan standar mutu agar bisa bersaing di tengah semakin terintegrasinya perekonomian global. Menurut dia, perdagangan bebas yang sudah ada di depan mata harus segera direspons agar Indonesia tidak hanya dijadikan pasar, tetapi juga basis produksi. "Kata kunci persaingan itu meningkatkan standar. Mutu standar ini harus bermuara pada daya saing dan kesejahteraan," katanya.