Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

UNRI Siap Beri Dukungan Kepakaran dan Riset dalam Standardisasi

  • Senin, 08 Juli 2013
  • 1236 kali

Dalam rangkaian kegiatan Sosialisasi Standar Sistem Manajemen bagi UKM Sektor Pangan di Pekanbaru (3/7), Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi – BSN, di hari yang sama Dewi Odjar juga melakukan kunjungan ke Universitas Riau didampingi oleh Kepala Sub. Bidang Penyelenggaraan Pendidikan Standardisasi, Agus Setiadi  dan staf.

 

Universitas Riau adalah salah satu perguruan tinggi yang menjalin kerjasama dengan BSN  tentang Pengembangan dan Pembinaan Pendidikan di Bidang Standardisasi di Provinsi Riau. Kerjasama yang ditandatangani antara Kepala BSN dan Rektor Universitas Riau pada tanggal3 November 2010 ini perlu dikajiulang dan dievaluasi agar implementasinya dapat ditingkatkan. Agenda kunjungan membahas tiga topik yaitu Informasi tentang implementasi MoU,  Analisa tindak lanjut  MoU dan  Sharing informasi dan diskusi hasil dari the 2013 ICES Conference and WSC Academic Day di Perancis.

 

Kunjungan dua jam ini diterima oleh Rektor Universitas Riau, Prof. Dr. Ashaluddin Jalil, MS.  beserta  Pembantu Rektor UNRI I Bidang Kemahasiswaan dan Pembantu Rektor UNRI II Bidang Akademik Dr. Yanuar, M.Sc dan Sekretaris Badan Pengembangan Kerjasama UNRI,Dr. Marwan. Pertemuan dan diskusi dengan manajemen UNRI ini menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu Implementasi MoU BSN dan UNRI akan ditingkatkan melalui Peningkatan partisipasi pakar dari Universitas Riau dalam Masyarakat Standardisasi Indonesia, Kerjasama dalam pengembangan kompetensi laboratorium dan Riset di bidang Standardisasi guna mendukung unggulan dan potensi daerah Riau.

 

Sedangkan Pendidikan tentang Standardisasi di Universitas Riau sudah mulai diajarkakn di Fakultas Teknik, yaitu Teknik Mesin serta Fakultas Perikanan, yaitu Teknologi Hasil Perikanan. Standardisasi diajarkan sebagai muatan atau sisipan dalam sebuah mata kuliah, misal dalam mata kuliah Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan. Untuk memperkuat dan meningkatkan pendidikan standardisasi di Universitas Riau, BSN akan memberikan dukungan literatur dan referensi tentang standardisasi dari dalam dan luarr negeri.

 

Dari hasil diskusi dengan Rektor beserta Pembantu Rektor I dan II, disampaikan juga bahwa untuk kontak person tindak lanjut MoU adalah Dr. Zulfikar Djauhari Kepala Badan Pengembangan Kerjasama Universitas Riau.

 

Dewi Odjar menyampaikan bahwa peran pakar dari UNRI dalam standardisasi dapat diarahkan untuk memberikan solusi atas asap dari kebakaran hutan yang tiap tahun melanda Riau. “Indonesia adalah supermarket bencana, seperti di Riau ada asap dari kebakaran hutan. Ini juga menjadi potensi bagi pakar di UNRI untuk memberikan solusi. Jangan sampai bencana asap ini malah diteliti oleh pihak asing dan merekalah yang mengambil keuntungan.” Ungkap Dewi Odjar.

Seperti diketahui bahwa ISO telah mengembangkan standar internasional untuk pengukuran karbon dan deforestasi. Indonesia sangat berkepentingan akan hal ini karena Indonesia dituduh sebagai negara penyumbang Gas Rumah Kaca terbesar ke-3 di dunia, setelah AS dan Cina. Produk-produk dari Indonesia pun kena imbas sebagai produk yang tidak ramah lingkungan, salah satunya adalah CPO (Crude Palm Oil) atau Minyak Sawit dari Indonesia yang merupakan salah satu produk unggulan di Riau. Hal yang masih hangat dibahas atas produk minyak sawit Indonesia adalah ditolak oleh APEC (Asia Pacific Economic Forum) sebagai salah satu produk ramah lingkungan. Penolakan ini diinisiasi oleh Amerika Serikat.

 

Dan yang dipakai dalam penolakan CPO Indonesia adalah standar lingkungan yang ditetapkan oleh badan lingkungan Amerika Serikat atau Environmental Protection Agency (EPA). Dalam standar yang ditetapkan oleh EPA, yang diumumkan tanggal 28 Januari 2012 silam, standar bahan bakar dari CPO Indonesia masuk dalam kategori RFS (Renewable Fuel Standards) atau standar energi terbarukan. Berdasar pengujian yang dilakukan oleh EPA, produk CPO Indonesia gagal memenuhi standar maksimum 17% emisi, dan masih berkisar di angka 20%. Ini sebabnya produk CPO Indonesia masih ditolak oleh APEC untuk memasuki pasaran dunia.

 

Akibat tidak dimasukkan dalam produk yang ramah lingkungan, produk CPO Indonesia gagal mendapatkan keringanan tarif hingga 5 persen. Hal ini membuat CPO Indonesia jadi kurang kompetitif di APEC dan dikhawatirkan ekspor CPO menurun.

 

 

Setelah melakukan diskusi dengan Rektor UNRI, pertemuan dilanjutkan dengan diskusi dengan para Dekan dan Ketua Jurusan di Lingkungan UNRI. Dalam diskusi yang berlangsung selama satu jam dan diikuti oleh 20 dosen ini, Dewi Odjar menyampaikan salah satu hasil dari the 2013 ICES Conference and WSC Academic, yaitu Repository of Teaching Material on Standardization yang dikembangkan oleh ISO, IEC dan APEC. Standardisasi tegas Dewi Odjar, tidak harus diajarkan sebagai mata kuliah khusus, tapi dapat diajarkan sesuai dengan kebutuhan dan dapat  materi ajar dapat menggunakan  Repository of Teaching Material on Standardization di ISO, IEC dan APEC. Dalam pertemuan ini juga diperagakan secara langsung tentang cara mengakses Repository of Teaching Material on Standardization.

 

Dalam diskusi dengan para dekan dan ketua jurusan di UNRI yang dimoderatori oleh Purek II dan Dr. Marwan juga dibahas mengenai peluang tindak lanjut kerja sama untuk mengembangkan kompetensi laboratorium di Teknik Kimia dan Riset di Bidang Standardisasi guna mendukung keunggulan Riau sesuai dengan MP3EI. (Har)