Badan Standardisasi Nasional
  • A
  • A

Sepatu Lokal Sulit Saingi Produk Cina

  • Kamis, 01 Januari 1970
  • 4385 kali
Kliping Berita
Pemerintah akan memperluas sumber pemasok bahan baku.

JAKARTA - Kalangan pengusaha sepatu menyatakan industri dalam negeri sulit menyaingi produk impor, khususnya Cina. Marga jual sepatu impor di tingkat retail, yang lebih murah 20 persen dibanding sepatu lokal, dituding menjadi salah satu penyebabnya. Mahalnya harga sepatu lokal akibat 60 persen bahan bakunya harus diimpor, seperti kulit Bintetis, karet, dan plastik.

Anggota Dewan Penasihat Asosiasi Persepatuan Indonesia, Djimanto, menyatakan, untuk mengimbangi produk Cina, produsen lokal berusaha menekan pemakaian bahan baku impor "Komposisi pasar sepatu lokal dan impor 5050. Kami berharap bisa menaikkan komposisi pasar lokal menjadi 6040," kata Djimanto di Jakarta akhir pekan lalu.

Direktur Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan Nu/ Nuzulia Ishak mengatakan sulitnya produk sepatu lokal bersaing dengan produk Cina ditenga-rai karena pemberlakuan standar. Saat ini ada Sf) Standar Nasional Indonesia yang berkaitan dengan sepatu. Namun baru tiga standar tentang keselamatan yang diwajibkan. "Sisanya diberlakukan sukarela," kata Nuz.

Saat ini, menurut Nuz, baik sepatu produk lokal maupun impor, tak menggunakan SNI sebagai acuan produksi. Padahal produk sepatu lokal tak kalah jika dibandingkan dengan produk Cina. Malah kualitasnya lebih bagus sehingga banyak yang masuk pasar ekspor. Dengan pemberlakuan standar, diharapkan sepatu produk lokal bisa bersaing dengan produk impor dari Cina.

Meski terjepit harga bahan baku, nilai ekspor sepatu terus meningkat lantaran tingginya harga sepatu olahraga. Tahun lalu nilai ekspor US$ 2,1 miliar. Tahun ini nilai ekspor ditargetkan US$ 2,5 miliar. Tujuan ekspor sepatu olahraga ke Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Australia. "Harga sepatu ekspor bisa lima kali lipat ketimbang lokal. Kami jamin kualitasnya bagus," ujar Djimanto.

Kementerian Perindustrian mengakui harga bahan baku sepatu dari kulit terhitung mahal. "Pasokan sedi-kit sedangkan permintaan banyak," kata Direktur Industri Aneka, Direktorat Jenderal Basis Manufaktur Kementerian Perindustrian, Budi Irmawan. Ia menambahkan, kantornya sedang berkoordinasi dengan Badan Karantina Kementerian Pertanian ten-long relaksasi impor bahan baku kulit.

Mcnurut Budi, Badan Karantina memang ketat dalam menyaring impor produk ternak dan turunannya agar tak menimbulkan efek negatif di kemudian hari. Selama ini pemerintah hanya mengizinkan impor kulit dari Australia dan Brasil, yang relatif bebas dari penyakit mulut dan kuku. Rencananya, keran pasokan kulit akan dibuka dari negara-negara Afrika dan Timur Tengah.

Budi menambahkan, Cina bisa mematok harga lebih murah ketimbang produk lokal. Sebab, mereka memiliki pasokan bahan baku kulit dari berbagai negara. "Mereka di antaranya mengambil dari Pakistan dan Timur Tengah," kata dia. Namun, dengan relaksasi impor, harga sepatu produk lokal dapat bersaing dengan produk impor karena sumber bahan bakunya semakin banyak. Rosalina | Nur Rochmi

Sumber : Koran Tempo, Senin 11 April 2011. Hal. B5